Friday, 26 January 2018

5 Sifat Guru Yang Sering Jadi Panutan Anak Tanpa Sadar

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

 Sifat Guru Yang Sering Jadi Panutan Anak Tanpa Sadar 5 Sifat Guru Yang Sering Jadi Panutan Anak Tanpa Sadar

Selain orang tua, guru merupakan contoh utama bagi anak-anak dalam hal pendidikan karakter, apa yang dilakukan oleh guru baik itu yang terlihat maupun yang hanya terdengar akan menjadi tauladan bagi mereka.  Masalahnya, terkadang guru lupa atau secara sengaja maupun tidak menunjukan kepada mereka prilaku yang sejatinya tidak layak mereka contoh.  Tidak ada guru yang sempurna, tetapi sudah sepatutnyalah kita berupaya semaksimal mungkin untuk tidak memberikan contoh jelek yang kelak dijadikan contoh perbuatan oleh anak-anak didik.

Anak, khususnya mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan selalu mencontoh yang mereka saksikan, reaksi ini lebih tepatnya dampak perilaku lebih dominan daripada dampak teori, mereka tidak perduli entah itu contoh yang buruk maupun contoh yang baik, karena kemampuan akal mereka lebih condong pada sikap mencontoh meskipun pada taraf bisa membedakan mana yang layak dicontoh dan yang tidak layak dicontoh.

Baca : Penting mengetahui karakter siswa agar bisa mendidik dengan baik

Oleh karenanya, hendaknya tindak tanduk dan laku perbuatan guru harus tetap dijaga, karena figur guru merupakan contoh utama sebagai bahan referansi mereka dalam berperilaku ditengah keluarga maupun ditengah masyarakat.  Berikut ini, lima hal pokok yang layak diperhatikan dan dilakoni oleh guru, agar kelak menghadirkan contoh yang baik bagi anak-anak didik.

1. Aktifitas Spiritual.

Aktifitas spiritual guru akan menjadi panutan anak, seperti umumnya siswa perempuan kebanyakan lebih penurut daripada siswa laki-laki.  Ada baiknya membiasakan sholat bersama disekolah sebagai program pembentukan karakter spritual bagi yang muslim atau beribadah ke rumah ibadah secara bersama-sama bagi yang non muslim.  Kesempatan tersebut sekaligus digunakan untuk mengajak anak-anak secara bersama-sama.  Dengan menggalakkan aktifitas spiritual bersama pembiasaan ini lambat laun akan berdampak baik pada sikap dan perilaku anak. Aanak akan lebih mudah dikendalikan karena sudah terbentuk mindset yang kaya akan kerohanian.

2. Aktifitas Sosial.

Anak akan melihat aktifitas sosial yang dilakukan oleh guru juga.  Cara guru memperlakukan pihak lain, entah itu dari golongan mampu maupun dari golongan sederhana akan membekas dihati mereka.  Berlaku baik kepada pihak lain bukan berarti harus mengalah secara mutlak.  guru wajib menunjukan, jika benar harus berani menunjukan bahwa kita dalam posisi benar walaupun yang dihadapi orang yang terpandang, tetapi jika salah kita harus berani mengakui kesalahan walaupun dengan orang yang dalam kehidupan sehari-harinya jauh dari kata mapan seperti kita.

3. Pemberian Hukuman.

Bagian ini sering kita temui banyak kotraversi dalam hal menghukum. Memberikan hukuman kepada anak karena salah adalah sebuah keharusan, jangan sampai sianak sudah berbuat salah tapi masih mendapatkan pembelaan.  Contoh, jangan pernah membela anak ketika si anak sedang ditegur atau dinasehati oleh yang lain, sekalipun kita tahu bahwa sebenarnya si anak tidak salah.  Jika hal ini kita lakukan, sianak akan menjadi besar kepala sementara disisi lain kita akan melahirkan perseteruan dengan dirinya, demikian juga sebaliknya.  Berilah hukuman yang wajar, sesuai dengan tingkat kesalahannya dan kita sudah memastikan bahwa si anak benar-benar salah.

4. Pengendalian Emosi.

Ada kalanya kita ribut di rumah atau malah bersengketa dengan pihak lain, cara kita menghadapi permasalahan tersebut juga harus diperhatikan.  Pertengkaran kecil dengan istri/suami  biasanya akan menyulut emosi dan kadang ada kecenderungan kita berlaku emosional.  Sebaiknya jangan pernah menunjukan sikap emosional dihadapan anak didik, misalnya dengan ucapan-ucapan yang kasar dan nyaring.  Tanpa sadar perilaku ini akan mempengaruhi emosional siswa, tanpa sengaja guru sudah mendidik karakter yang buruk.

5. Tingkah Laku Kasar.

Jangan pernah berperilaku kasar dihadapan anak.  Kekerasan bersifat verbal dan non-verbal sangat mudah dicontoh oleh anak-anak.  Alangkah bijaknya, walaupun anda orang yang berpembawaan kasar sebaiknya menahan diri semaksimal mungkin agar jangan sampai terlihat oleh mereka.  Jika sudah tidak tahan dengan situasi, sebaiknya anda berjalan keluar (cari tempat yang nyaman) sejenak.  Dengan melihat pemandangan yang menyejukkan mata, bisa sedikit menurunkan kadar amarah.

Baca : Jangan salahkan siswa jika guru tidak mempunyai karakter ini

Kesemuanya itu tentu saja tidak baku dan mutlak, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi.  Namun kita harus selalu ingat bahwa dalam lingkungan pendidikan ada manusia-manusia yang selalu dan selalu mencontoh perilaku kita sebagai guru.  Jika mereka sudah terlanjur mencontoh yang buruk, akan sangat sulit bagi kita untuk memperbaikinya. Maaf, tulisan ini bukan untuk menggurui tapi hanya sebagai bahan pengingat kita sebagai guru.
Sumber https://ibadjournals.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment