Friday 16 June 2017

Langkah-Langkah Menelaah Struktur Teks Fabel/Legenda | Bahasa Indonesia SMP Revisi

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

IndoINT.com_  Kali ini admin akan membagikan langkah-langkah dalam menelaah struktur teks cerita fabel/dongeng dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII semester 2. Semoga langkah-langkah menelaah struktur teks fabel yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik khususnya anak didik yang sedang mencari referensi tentang materi teks fabel dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya materi ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah tentang teks fabel. Selamat belajar dan semoga sukses. Struktur ataupun susunan cerita fabel/legenda memiliki banyak kesamaan dengan teks cerita narasi imajinasi. Struktur tersebut mencakup orientasi, komplikasi, dan resolusi.

langkah dalam menelaah struktur teks cerita fabel Langkah-Langkah Menelaah Struktur Teks Fabel/Legenda | Bahasa Indonesia SMP Revisi
www.IndoINT.com

Orientasi atau pengenalan cerita
Orientasi dalam teks narasi diawali dengan pengenalan tokoh. Tokoh tersebut mengalami peristiwa awal.
Contoh:
Musang dan Serigala adalah kawan karib. Mereka hidup berdampingan dan tolong menolong. Pada suatu hari, mereka pergi untuk mencari makan bersama-sama. 

Komplikasi atau puncak konflik
Rangkaian peristiwa yang dialami tokoh membangun konflik atau permasalahan. Rangkaian konflik yang memuncak disebut komplikasi.
Contoh:
Serigala setuju dengan ide Musang untuk masuk ke kandang. Sebelum Serigala menyerang seekor kambing, para pemilik ternak mendengar suara gaduh dari kandang. Pemilik kandang pun berlari membawa tongkat dan pemukul. Musang segera melarikan diri setelah mendengar suara derap langkah manusia, tetapi Musang tetap membiarkan Serigala berada di akandang itu. Mengetahui ada seekor Serigala di kandang, pemilik kandang memukuli Serigala hingga kakinya pincang. Serigala berusaha meloloskan diri dan berlari kencang seraya melolong. Orang-orang terus mengejar di belakangnya. Akhirnya, Serigala sampai di sarangnya dan selamat. Sepanjang malam, ia menderita karena kakinya yang sakit.
Pagi harinya, Musang datang menjenguk Serigala.
" Selamat pagi, Kawan. Bagaimana kabarmu?" tanya Musang tanpa merasa bersalah.

Solusi atau tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian cerita
Konflik yang terjadi di antara tokoh akan mengalami penyelesaian. Peristiwa yang dapat mengakhiri konflik biasanya berupa pembalasan bagi tokoh yang menciptakan konflik tersebut.
Contoh:
Musang terperosok ke dalam jebakan pemburu. "Aku tahu tipu dayamu, pembohong! Jebakan pemburu ini adalah balasan yang setimpal dengan perbuatanmu selama ini padaku," kata Serigala. Mendengar suara orang-orang mendekat, Serigala segera pergi.

Fabel/legenda juga umumnya dilengkapi dengan koda atau akhir cerita yang berisi pelajaran dan pesan.
Contoh:
"Inilah balasan bagi penipu yang keji," ujar Serigala dalam hatinya.

Berikut adalah contoh fabel yang bisa Bapak dan Ibu Guru mata pelajaran bahasa Indonesia bisa dijadikan sebagai latihan dalam menelaah struktur teks fabel untuk latihan.

Katak dan Si Monyet yang Rakus

Pada zaman dahulu, ada seekor katak dan monyet yang bersahabat. Tapi hubungan mereka sering hanya menguntungkan sebelah pihak. Katak yang baik hati sering di kelabuhi dan di manfaatkan oleh si monyet demi kepentingan pribadinya. Tapi si katak selalu dapat memaafkan si monyet karena menganggapnya sebagai sahabat.

Berbeda dengan sifat si katak, sifat si monyet sangat berlawanan. Monyet itu sangat licik, banyak akal, dan sangat rakus. Tak jarang dia di jauhi oleh teman-temanya karena sifatnya tersebut. Tapi memang sudah dasar dari wataknya, hal tersebut tidak membuat monyet itu sadar akan kesalahannya.

Sebagaimana julukan yang di sandangnya sebagai monyet yang rakus, monyet itu sangat senang sekali makan. Buah pisang adalah makanan favoritnya. Dia sering mencuri buah pisang di kebun pak tani. Tapi terakhir kali dia mencuri buah pisang, dia hampir tewas karena di kejar-kejar oleh pak tani yang ingin menangkapnya karena ulah nakalnya.

Hingga pada suatu hari saat monyet itu tengah melamun sendiri, dia teringat pada katak sahabatnya. Dia berniat untuk mengajak sahabatnya tersebut untuk menanam buah pisang sendiri. Jika dia punya buah pisang sendiri, tentu dia tak harus repot membahayakan dirinya hanya untuk mencuri buah pisang milik pak tani yang sangat galak.

Akhirnya, dia pun menemui si katak yang tinggal di pinggir sebuah sungai. Ketika mendengar ide dari si monyet untuk mengajaknya menanam pohon pisang sendiri, si katak sangat senang dan menyambutnya dengan antusias.

“Hai katak sahabat ku, jika kita memiliki pohon pisang sendiri, tentu kita bisa tiap hari makan enak. Bayangkan lezatnya buah pisang yang sangat manis dan menggiurkan itu”. Kata si monyet merayu.
“wah, benar sekali idemu itu. Aku juga ingin sekali dapat memakan buah pisang. Tapi karena aku tak bisa memanjat, aku tak pernah bisa memakannya”. Kata si katak.

“Kau tak  usah khawatir sahabatku, jika kau tak bisa memanjat, maka aku yang akan memanjat dan mengambilkanya untukmu”. Kata si monyet lagi.

“Baik lah, kalau begitu mari kita mencari pohon pisang. Kita tunggu saja di tepi sungai ini, karena biasanya ada pohon pisang yang hanyut terbawa arus”. Kata si katak.

Ahirnya mereka pun menunggu ada pohon pisang yang hanyut terbawa arus sungai. Beberapa saat kemudian, mereka melihat ada sebatang pohon pisang yang terlihat mengambang terbawa arus.
“Hai katak sahabat ku, itu ada pohon pisang yang hanyut. Cepatlah kau berenang ke sana dan seret pohon itu ke pinggir sungai. Aku tak bisa mengambilnya karena aku tak bisa berenang”. Kata si monyet.

Si katak pun mengikuti saran monyet temannya itu. Dia berenang ke tengah sungai dan menyeret pohon pisang itu ke pinggir sungai.
“sekarang kita tunggu lagi pohon pisang yang hanyut. Agar aku dan kamu sama-sama memiliki satu pohon untuk di tanam”. Kata monyet.
“Baiklah, kita tunggu saja di sini”. Kata si katak.

Tapi setelah lama mereka menunggu, tak ada satu pun pohon pisang yang dapat mereka temukan lagi. Hingga sore menjelang, tak ada lagi pohon pisang yang hanyut terbawa arus sungai.
“Sepertinya tak ada lagi pohon pisang yang hanyut hari ini. Kalau begitu pohon ini biar aku bawa, dan kamu tunggu saja pohon pisang berikutnya esok hari”. Kata si monyet.
“Ah, tidak bisa. Kan aku yang mengambil pohon pisang ini dari sungai. Jadi pohon pisang ini seharusnya menjadi milikku”. Kata si katak sedikit protes.

Monyet pun mencari akal agar dia dapat menipu si katak demi keuntungan dirinya sendiri.
“Baiklah kalau begitu. Agar lebih adil, bagaimana kalau pohon pisang ini kita bagi dua”. Kata si monyet.
“Hmm.. ide yang bagus. Baiklah kalau begitu..’. jawab si katak.
“Aku dapat bagian atas, kamu dapat bagian bawah”. Kata si monyet. Dia berusaha menipu si katak dengan memberinya bagian pangkal pohon. Karena dia berfikir, pada pohon pisang yang berbuah adalah bagian atas. Jadi dia meminta bagian atas agar cepat berbuah.

“Kok begitu? Kamu curang monyet. Yang berbuah kan bagian atas, bagaimana aku dapat bagian pangkal pohon. Mana mungkin bias berbuah?”. Tanya si katak.
“Jangan khawatir sahabatku. Walaupun bagian pangkal, jika kau rawat dengan baik pasti juga dapat berbuah. Kan kita ini sahabat, mana mungkin aku menipumu”. Kata si monyet menjalankan siasatnya. Dan akhirnya si katak dengan berat hati menerimanya. Karena dia yakin, bahwa sahabatnya itu tak mungkin menipu dirinya.

Akhirnya, mereka berdua membawa bagian pohon pisang ke rumah masing-masing untuk mereka tanam. Dalam beberapa hari, pohon pisang yang di tanam oleh si monyet sudah layu dan mati. Tentu saja karena pohon pisang bagian atas tak memiliki akar dan tak bisa hidup. Berbeda dengan pohon pisang milik si katak, kini telah mulai bertunas dan keluar daunnya.

Satu minggu kemudian, si monyet berkunjung ke tempat si katak. Dia berniat melihat tanaman pisang milik si katak, apakah mati seperti tanaman miliknya. Tapi si monyet sangat kaget ketika melihat tanaman si katak tumbuh dengan subur. Kini dia sadar bahwa dulu dia telah memilih bagian pohon yang salah, tapi sesal pun kini tiada guna. Dia pun mulai mencari siasat untuk dapat menikmati buah pisang milik si katak.

Setiap dua minggu sekali, si monyet berkunjung ke rumah si katak. Dia berdalih bertamu dan melihat hasil kerja si katak. Apakah sesubur pohon pisangnya. Padahal dia hanya berusaha melihat apakah buah pisang si katak sudah berbuah. Sehingga dia dapat memetiknya. Hal tersebut dia lakukan secara berulang dan terus menerus.

Hingga pada suatu hari, akhirnya pohon pisang milik si katak sudah masak dan siap di panen.
“Hai kawan, bagai mana kabar pohon pisang mu kali ini? Apakah sudah masak?”. Tanya si monyet.
“Wah.. tepat sekali kau datang. Pohon pisang ku sudah masak dan sudah waktunya untuk di panen hari ini. Bagaimana dengan pohon pisang mu?’. Tanya si katak.
“Sama, pohon pisang ku juga sudah masak dan sudah siap untuk di panen. Rencananya besok mau aku petik”. Kata si monyet berbohong.

“Baguslah kalau begitu. Jika aku boleh minta tolong, maukah hari ini kau memanjatkan pohon pisang ku? Karena aku tak bias memanjat”. Pinta si katak.
Mendengar permintaan dari si katak, si monyet sangat senang. Karena hari ini adalah hari yang dia tunggu-tunggu selama ini. Dia dapat makan buah pisang hingga puas.
“Tentu saja katak sahabat ku. Aku ke sini memang untuk menolong mu. Kalau begitu, mari kita menuju pohon pisang milik mu”. Jawab si monyet yang licik itu.

Mereka berdua kemudian menuju pohon pisang milik si katak. Dan dengan cepat si monyet yang rakus itu memanjat pohon pisang itu. Dan di atas pohon, monyet itu mulai memetik satu persatu buah pisang. Bukan untuk di berikan pada si katak yang dari tadi menunggu di bawahnya, melainkan dia makan sendiri di atas pohon.
“Wah.. kau memang pandai menanam pisang kawan. Pisang mu ini terasa sangat manis dan lezat”. Teriak si monyet dari atas pohon.
“Hai monyet, kenapa kau memakan pisang ku? Jatuhkan beberapa pisang untuk ku. Jangan kau makan sendiri di atas pohon..!!”. teriak si katak dari bawah.

“Hai katak kawan ku. Kau ini sangat bodoh. Kau ini katak, kau tidak makan buah. Tapi kau makan serangga. Lebih baik kau pergi saja mencari nyamuk untuk kau santap. Biar buah pisang yang lezat ini aku saja yang memakanya. Karena buah selezat ini sayang sekali bila harus di bagi dengan mu. Hahahaha..”. jawab si monyet.

Mendengar jawaban monyet yang seperti itu, si katak merasa sangat marah. Dia sangat kecewa pada si monyet yang selama ini dia aggap sebagai sahabat, ternyata monyet itu sangat egois. Akhirnya si katak pun masuk ke dalam rumah dan mengambil alat untuk menebang pohon pisang itu.

“Baiklah monyet rakus, habiskan saja semuanya. Aku tak butuh lagi pisang ini, maka pohon pisang ini akan segera ku tebang dan ku buang ke sungai”. Kata si katak kemudian mulai menebang pohon pisang itu.
Mendengar perkataan si katak, si monyet pun mempercepat makanya. Di berfikir sangat sayang jika buah pisang yang lezat itu di buang begitu sja di sungai. Dengan sekuat tenaga si monyet mempercepat makanya. Tapi karena kekenyangan, si monyet tak sanggup lagi memakan semua buah pisang itu. Tapi karena sifatnya yang rakus, dia tetap memaksakan diri untuk terus memakanya.

Tapi sayang, sebelum dia selesai memakan semua buah pisang itu, pohon pisang sudah mulai oleng dan mulai roboh. Si monyet berusaha melompat untuk menghindar agar tak ikut jatuh dengan pohon pisang tersebut. Tapi sayang.. karena kekenyangan dan kebanyakan makan, tubuhnya menjadi berat dan sulit untuk bergerak. Ahirnya, monyet itupun terjatuh ke tanah bersama pohon pisang itu. Monyet itu pingsan karena tertimpa pohon pisang. Dan si katak meninggalkanya begitu saja tanpa mau menolong monyet yang serakah dan rakus tersebut.

Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang langkah-langkah menelaah struktur teks fabel dan dongeng. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik demi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik di sekolah. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Sumber http://www.ilmubindo.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment