Saturday, 28 May 2016

Benarkah Pendidikan Terbaik ada di Finlandia?

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Sejak saya menjadi guru 5 tahun silam, hingga saat ini berbagai kurikulum telah di coba digunakan dalam pendidikan Indonesia. Salah satu hal menarik dalam setiap seminar atau workshop yang telah saya lalui adalah banyaknya narasumber yang membanding-bandingkan sistem pendidikan Indonesia dengan luar negeri. Namun yang paling sering dibandingkan adalah dengan sistem pendidikan di Finlandia. Benarkah pendidikan terbaik ada di Finlandia?Mengapa bukan Amerika Serikat yang kini jelas-jelas menguasai dunia?. atau Jepang yang kini sudah sejajar dengan negara barat?. Kita lihat sedikit profilnya yang saya kutip dari berbagai sumber. Baca Juga: Tips Memilih Sekolah Anak

1. Usia Anak Sekolah
Orang tua sekarang di Indonesia pastinya ribut memikirkan pendidikan anaknya. Ada yang baru usia 3 tahun sudah masuk pre skul lah atau paud atau apa lah. Pokonya ada yang sudah diajarkan baca tulis hitung. Alamak, usia segitu harusnya lagi seneng-senengnya main ma ibu bapak. Di Finlandia pemerintah menetapkan batas anak sekolah itu mulai umur 7 tahun. Mereka "diwajibkan" bermain dengan sepuas-puasnya, berimajinasi, berkhayal, main bareng teman, enak bukan?.  PR dan tugas sangat jarang, pulang sekolah main gak usah mikirin tugas, buat aja tugas sendiri dengan ide masing-masing.
2.Waktu Belajar
Di Finland setelah 45 menit siswa belajar mereka akan istirahat selama 15 menit, alasannya otak akan lelah jika terus-menerus diforsir. Jadi menyisipkan waktu istirahat di tengah pelajaran akan membuat otak rileks dan siap untuk menerima kembali pelajaran. Selain itu mereka jadi tidak lama duduk di kelas terus dan lebih banyak bergerak jadi lebih bugar dan sehat.
3. Biaya ditekan
Di Indonesia sekolah-sekolah saat ini apalagi swasta sangat mahal, tidak semua golongan keluarga bisa masuk sekolah terbaik. Di Finland semua orang tua tidak pusing memilih sekolah karena pemerintah sudah membuat kebijakan penyetaraan kualitas sekolah di seluruh negeri apalagi yang milik pemerintah dijamin gratis. Fasilitas seperti makan siang, kesehatan, angkutan juga bisa didapat secara cuma-cuma. Kalau di Indonesia sudah pasti ada uang ada kualitas, mungkin ini yang dinamakan kapitaliskali ya?. Ada sebuah sekolah yang biaya satu siswa nya saja selama 3 tahun sama dengan harga rumah di perumahan elit atau bisa 3 kali kuliah doktor. 
4. Kualitas Guru
Pemerintah merekrut guru tidak sembarangan karena semua guru sebelum mengajar wajib bergelar master. Oleh karena itu gaji mereka dua kali lipat guru di AS. Rasio guru 1:12 tidak boleh lebih karena untuk memastikan setiap siswa dapat dipantau oleh guru nya. Kalau di sekolah negeri di Indonesia satu kelas aja ada yang sampai 40, ya mabok juga gurunya kali ya perhatiaan anak segitu banyaknya, ngurus anak di rumah aja udah berat.
6. Evaluasi di tangan guru sepenuhnya
Semua tangung jawab terhadap siswa sepenuhnya dipegang oleh guru jadi tidak ada sistem ujian nasional. Pemerintah berpendapat, guru lah yang paling tau kapasitas anak dan ia sendiri yang berhak memutuskan nasib anak tersebut. Pemerintah sangat percaya kepada guru-gurunya dan penilaian terbaik adalah penilaian dari guru itu sendiri. Sepengetahuan saya tidak ada istilah tidak naik kelas di negara ini.  Baca Juga: Info Lowongan Guru Terbaru

pic; http://www.militanindonesia.org/images/pendidikan.jpg
Memang salah satu cara untuk melihat mana yang terbaik adalah dengan membandingkan dengan sistem lain namun tentunya kita sebagai mahluk berpendidikan juga tidak harus menelan serta mentah-mentah data tersebut. Finland bisa menerapkan sistem tersebut karena beberapa faktor diantaranya; negara tersebut memiliki PDB yang besar dan jumlah penduduk yang relatif sedikit sehingga alokasi dana bisa efektif digunakan beda halnya dengan Indonesia. 

Selain itu faktor historis juga juga harus dilihat, sejauhmana kita tahu negara Finland? Bagaimana dengan kita?Sejauhmana kita tahu sejarah pendidikan Indonesia?Sudah tahukah kita sepenuhnya tentang mahakarya Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara?. Terjebak dalam opini-opini yang belum tentu benar justru akan membuat kita mudah terpancing. Ambil baik nya saja, jika ada buruknya tutupi dengan yang baik dari negeri ini. Guru adalah kurikulum itu sendiri, mau sebagus apapun kurikulumnya tapi kalau guru nya tidak mau belajar ya percuma. Jika anda ingin menjadi guru yang baik dan perhatikan hal berikut:

1. Sudahkah anda buat RPP dengan baik, tanpa kopas dari internet?
2. Sudahkah anda membuat inovasi pembelajaran bagi siswa anda?
3. Sudahkah anda memperhatikan perkembangan "setiap" siswa anda di kelas?
4. Sudahkah anda berkolaborasi dengan rekan guru anda untuk membuat rencana pembelajaran esok/minggu esok?

Memang masih banyak masalah yang dihadapi pendidik Indonesia apalagi yang menyangkut kesejahteraan guru honorer. Biarlah itu menjadi tugas pemerintah dan kalau memang tidak mau digaji rendah ya jangan jadi guru honorer saat ini yang sistemnya masih belum jelas (gaji sangat mengkhawatirkan gak ada standar, masih mending jadi kuli bangunan) dan menjadikan rendahnya upah sebagai konsekuensi rendahnya kinerja di kelas. Kasihan muridnya kalau begitu. Memang sistem honorer merupakan hal yang sangat aneh di Indonesia saat ini. Dulu pun saya pernah mengalaminya dan bagi ukuran seorang Sarjana memang tidak pantas untuk dihargai seperti itu dan hal ini harus secepatnya dipecahkan solusinya oleh pemerintah. Baca juga: Kelebihan Kurikulum Cambridge

Sumber https://geograph88.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment