Monday, 20 April 2015

Genesa Batuan Sedimen

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Batuan sedimen terbentuk melalui proses sedimentasi (pengendapan) dengan media air, angin, dan es/salju. Untuk menghasilkan batuan sedimen, sesungguhnya
melibatkan serangkaian proses yaitu: pelapukan batuan, erosi, transportasi, sedimentasi dan lithifikasi. Ukuran dan bentuk butiran batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh jarak angkut dan lintasan yang dilaluinya. Materi batuan sedimen merupakan hasil pelapukan dari batuan lain yaitu batuan beku dan batuan malihan. Materi hasil pelapukan  berupa fragmen dan larutan yang kemudian ditransportasikan oleh kekuatan/gaya aliran air, angin, dan es/salju. Ketika kekuatan transport itu berkurang atau melemah maka materi yang diangkutnya mulai diendapkan. 
Ragam batuan sedimen
Pengendapan terjadi pada daerah yang rendah. Proses pengendapan ini sangat selektif, materi-materi  yang kasar akan diendapkan lebih dahulu dan materi-materi yang halus akan diendapkan kemudian. Oleh karena itu, kalau kita perhatikan di daerah muara sungai tidak kita temukan materi-materi kasar tetapi yang ada adalah lumpur halus. 
Proses sedimentasi akan terhenti apabila tidak ada daya pengangkut dan kemudian terjadi lagi ketika ada daya pengangkut. Proses ini berjalan terus menerus sehingga memberikan ciri terhadap batuan sedimen berupa lapisan-lapisan. Selain berlapis-lapis batuan sedimen mempunyai ciri lain yaitu : 
Keseragaman ukuran butir penyusunnya kecuali konglomerat/breksi
Tidak berkristal
Sering terdapat sisa-sisa organisme

Tahapan pembentukkan batuan sedimen
Menurut genesa atau proses pembentukannya, batuan sedimen terbagi ke dalam 3 kategori yaitu:
a. Sedimen mekanik
Sedimen mekanik adalah sedimen yang tersusun oleh materi fragmen-fragmen batuan yang disementasi oleh zat perekat misalnya kapur, silisium atau materi-materi yang mengandung besi. Sedimen mekanik disebut juga dengan sedimen klastik. Contoh batuan sedimen mekanik/klastik : batu pasir, konglomerat, breksi, dan sebagainya. 
Breksi tersusun oleh fragmen batuan yang bersudut tajam yang terekatan satu sama lainnya. Breksi biasanya terbentuk di bawah lereng-lereng curam yang padanya terjadi penumpukkan fragmen-fragmen batuan hasil pelapukan di atasnya.
Konglomerat  tersusun oleh fragmen-fragmen batuan yang bersudut tumpul atau bundar dan terekat satu sama lainnya.
b.  Sedimen kimia
Sedimen kimia adalah batuan sedimen yang terbentuk secara kimia yaitu batuan-batuab yang langsung mengendap dari larutan-larutan yang mengandung berbagai unsur kimia seperti garam dapur, gipsum, batu gamping. Pembentukan sedimen semacam ini terjadi karena proses-proses penguapan, konsentrasi, dan pengendapan larutan-larutan yang telah jenuh. Penguapan air laut atau danau akan menyebabkan konsentrasi garam dalam larutan menjadi tinggi dan selanjutnya akan membentuk batuan residu endapan kimia.
Batuan lain yang umumnya dibentuk melalui penguapan adalah batu kapur. Batu tetes yaitu stalaktit dan stalagmit di goa-goa kapur juga merupakan endapan kimiawi. Air hujan yang banyak mengandung CO2 akan melarutkan CaCO3 dan membentuk senyawa baru Kalsium Bikarbonat. Sementara airnya mengalir sebagai aliran sungai bawah tanah, sedangkan larutan Kalsium Bikarbonatnya mengendap di bagian atas (langit-langit goa) membentuk stalaktit dan menetes di lantai goa membentuk stalagmit.
Beberapa batuan sedimen sebagai bahan galian, dikelompok-kan menjadi dua yaitu kelompok batu gamping dan kelompok sedimen non-gamping
1. Kelompok batu gamping
Batu Gamping Non-klastik disebut juga Batu Gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral yang merupakan anggauta Coelenterata. Batu gamping koral umumnya tidak menunjukkan perlapisan yang baik.
Batu Gamping Klastik adalah hasil rombakan dari Batu Gamping Non-Klastik melalui proses erosi oleh air, tranportasi, sortasi, dan sedimentasi. Dalam proses perombakan ini akan tercampur dengan mineral lain yang merupakan pengotor dan pemberi warna pada gamping klastik.
Dengan adanya sortasi pada pembentukan gamping klastik maka akan terjadi pengelompokkan berdasarkan ukuran butirnya seperti berikut ini :
Kalsirudit adalah batu gamping fragmental
Kalkarenit adalah batu gamping berukuran pasir
Kalsilutit adalah batu gamping berukuran lempung
Dolomit (MgCO3) umumnya terjadi karena proses pelindihan (leaching) atau peresapan unsur Mg dari air laut ke dalam batu gamping. Proses ini disebut dengan Dolomitisasi yaitu pergantian Ca oleh unsur Mg.
Kalsit (CaCO3)) merupakan mineral Kalsium Karbonat murni sebagai hasil pengkristalan kembali larutan batu gamping karena pengaruh airtanah atau air hujan.
Fosfat merupakan hasil reaksi antara batu gamping dengan kotoran burung dan kelelawar yang mengandung asam fosfat .
Rijang (SiO2) terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika organik atau an-organik. Rijang mempunyai butiran kristal yang sangat halus (crypto-cristalin).
2. Kelompok sedimen non-gamping
Yang termasuk pada kelompok sedimen non-gamping antara lain :Bentonit – Zeolit, Diatomea – Mangaan, Feldspar
c. Sedimen organik
Sedimen organik adalah batuan sedimen yang dibentuk oleh proses-proses pengendapan organisme baik hewan maupun tumbuhan yang telah mati. Beberapa contoh batuan sedimen organik adalah sebagai berikut :
Batu Bara terbentuk dari pengendapan tumbuhan rawa yang telah mati berubah menjadi tanah gambut dan selanjutnya menjadi batu bara muda dan batu bara.
Endapan Diatomea terbentuk dari endapan Diatomea yaitu tumbuhan bersel satu yang banyak hidup di laut atau danau garam.
Batu Karang adalah sedimen yang dibentuk oleh binatang-binatang karang.

Ciri khas batuan sedimen yaitu terdapatnya lapisan-lapisan 
Sumber dan Gambar:
diolah dari berbagai sumber

Sumber https://geograph88.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment