Sunday, 13 March 2016

Sejarah Perundingan Linggarjati, Agresi Militer Belanda 1, dan Perundingan Renville

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Halo teman-teman kali ini saya akan menjelaskan tentang Sejarah Perundingan Linggarjati, Agresi Militer Belanda 1, dan Perundingan Renville secara lengkap dan tepat, semoga ini bisa membantu teman-teman sebagai bahan untuk pembelajaran. Yuk Langsung saja simak dibawah ini.

Perundingan Linggarjati

Indonesia berusaha menyelesaikan konflik dengan Belanda secara damai melalui jalur perundingan seperti Perundingan Linggarjati.

Dalam Perundingan Linggarjati (dekat Cirebon) delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir, Belanda oleh Prof. S. Schermerhorn dan Dr. H. J. van Mook; sedangkan dari pihak Inggris Lord Kellearn bertindak sebagai pemimpin dan sekaligus penengah.

teman kali ini saya akan menjelaskan tentang Sejarah Perundingan Linggarjati Sejarah Perundingan Linggarjati, Agresi Militer Belanda 1, dan Perundingan Renville

Pokok-pokok Perundingan Linggarjati tanggal 10-15 November 1946, adalah sebagai berikut.
  • Belanda Mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
  • Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat.
  • Negara Indonesia Serikat dan Belanda akan bersatu menjadi Uni Indonesia-Belanda, dengan Ratu Belanda sebagai kepala Uni.

Agresi Militer Belanda 1

Sesudah persetujuan Linggarjati ditandatangani, hubungan Indonesia-Belanda semakin memburuk. Oleh pihak Belanda, Perundingan Linggarjati hanya dianggap sebagai alat untuk mendatangkan pasukan-pasukan yang lebih banyak dari negerinya.

Setelah mereka cukup memiliki kekuatan, mereka beralih kepada maksud semula, yakni menghancurkan Republik Indonesia dengan kekuatan senjata. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi militer pertama.

Adanya Agresi Militer Belanda pertama, menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia Internasional. Pemerintah India dan Australia mendesak agar masalah Republik Indonesia segera dibicarakan dalam bidang Dewan Keamanan PBB.

Atas desakan wakil-wakil dari India dan Australia di PBB, maka Dewan Keamanan PBB membentuk suatu Komisi Jasa-jasa Baik yang kemudian dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN) yang bertugas mengawasi gencatan senjata. KTN beranggotakan Australia, Belgia, dan Amerika Serikat.

Perundingan Renville

Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dimulailah perundingan antara Indonesia dan Belanda di atas geladak kapal Amerika Serikat USS Renville. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo.

Persetujuan Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, dengan pokok-pokok persetujuan sebagai berikut.
  1. Wilayah Republik Indonesia diakui berdasarkan "Garis Demarkasi van Mook", sebagai batas wilayah Indonesia-Belanda setelah Agresi Militer 1.
  2. Akan dibentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS), di mana Republik Indonesia bagian dari RIS.
  3. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan negeri Belanda dalam uni Indonesia-Belanda.
  4. Pasukan Republik Indonesia (TNI) harus ditarik dari daerah-daerah kantong (daerah penduduk Belanda) masuk ke daerah RI.

Nah itu lah pembahasan mengenai Sejarah tentang Sejarah Perundingan Linggarjati, Agresi Militer Belanda 1, dan Perundingan Renville, semoga pembahasan ini bisa membantu teman-teman untuk memudahkan pembelajaran.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment