Di tengah malam yang kelam, sebuah kereta api tua meluncur melintasi hutan lebat, menghubungkan kota-kota yang terisolasi selama masa Perang Jepang. Suara roda kereta yang berdecit dan derak relnya menciptakan suasana yang mencekam. Penumpang-penumpang di dalam kereta terlihat gelisah, masing-masing dengan pikirannya sendiri tentang perang yang berkecamuk di luar sana.
Di antara penumpang, ada seorang perempuan muda bernama Sari. Dia pulang dari kota besar untuk menjenguk keluarganya yang terperangkap dalam konflik. Sari duduk di dekat jendela, menatap hutan yang gelap, pikirannya melayang ke masa kecilnya yang damai. Tiba-tiba, kereta berhenti mendadak. Lampu-lampu di dalam gerbong berkedip dan kemudian mati, menyisakan hanya kegelapan yang pekat.
Suara langkah kaki terdengar dari luar, semakin mendekat. Semua penumpang saling bertukar pandang, ketakutan merayapi suasana. Seorang lelaki tua dengan wajah keriput muncul di pintu gerbong, mengenakan seragam tentara yang compang-camping. Ia terlihat kelelahan dan penuh luka, seolah baru saja keluar dari medan perang.
"Saya butuh bantuan," katanya dengan suara serak. "Ada sesuatu yang mengejar saya."
Sari merasa tergerak. Dia berdiri dan mendekati lelaki itu, tetapi saat dia melakukannya, semua penumpang lain berteriak, "Jangan! Dia sudah mati!"
Sari terhenti, bingung. Dia melihat lelaki itu lagi dan menyadari bahwa bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah ia hanyalah ilusi. Tiba-tiba, suara jeritan dan tembakan terdengar dari luar. Penumpang-pennumpang lainnya mulai panik, berusaha membuka pintu kereta, tetapi terkunci rapat.
Lelaki tua itu menatap Sari dengan tatapan penuh harap. "Tolong saya, sebelum mereka datang," katanya. Namun, saat Sari berusaha meraih tangannya, lelaki itu menghilang dalam kabut hitam pekat.
Kegelapan semakin menyelimuti kereta, dan suara-suara menakutkan semakin mendekat. Sari kembali ke tempat duduknya, menggenggam tasnya erat-erat. Kereta mulai bergetar hebat, seolah-olah ada sesuatu yang berusaha menariknya ke luar. Dalam kegelapan, Sari mendengar bisikan-bisikan pelan, suara dari jiwa-jiwa yang terjebak dalam perang, meminta tolong.
Akhirnya, kereta berhenti lagi, dan pintu terbuka. Di luar, hutan tampak hidup dengan cahaya bulan yang menyinari bayang-bayang yang berkeliaran. Sari dan penumpang lainnya melangkah keluar, tetapi mereka menemukan diri mereka di tempat yang sama sekali berbeda. Hutan itu bukan hutan yang mereka lewati sebelumnya, tetapi tempat yang sunyi dan angker.
Sari menyadari bahwa mereka telah terjebak di antara dunia ini dan dunia yang lain, di mana jiwa-jiwa para pejuang yang tidak tenang berkeliaran. Dalam ketakutan, dia berjanji untuk membantu mereka menemukan kedamaian sebelum mereka semua terjebak selamanya dalam kegelapan perang.
Dengan keberanian yang baru ditemukan, Sari memimpin penumpang lainnya untuk mencari jalan kembali, berusaha mengingat apa yang diajarkan neneknya tentang menghormati yang telah pergi. Namun, setiap langkah yang diambilnya membawa mereka lebih dalam ke dalam kegelapan, di mana masa lalu dan masa kini bertemu, dan di mana setiap penumpang harus menghadapi ketakutan mereka sendiri.
0 comments:
Post a Comment