Malam sunyi
Aku duduk di atas sajadah
Sembari dzikir pada Ilahi
Kuterpaku pada keadaan yang
hilang akal
Saat diri begitu banyak
khilaf
Kucoba ulang kembali
keadaanku
Kini rasa kesedihan selalu
menghampiri
Karena engkau sudah tak
disisi
Bunda
Malam yang gelap gulita
Aku menyebut namamu
Begitu rindu jiwaku
Meraung-raung dalam kesepian
Bunda
Hari minggu jam enam pagi
Engkau meninggalkan semesta
Menuju alam yang beda
Kurindu akan senyum kecilmu
Sungguh engkau permata
jiwaku
Tempatku mengadu kesedihan
Engkau pelindungku
Penuh dengan keikhlasan dan
penuh dengan kasih sayang
Engkau berikan kepadaku tanpa
persyaratan
Dzikir sunyi
Mengingat Bunda tercinta
Sudah tiada, terasa hati
sepi
Namun keikhlasan harus
terpatri
Kuabadikan dalam puisi
Tentang Bunda di dalam
dzikir yang sunyi
Dzikir sunyi
Malam yang gelap gulita
Rembulan dan bintang tak
nampak di angkasa
Aku masih di atas sajadah
Sembari mengagungkan nama
Ilahi
Kuberdo’a kepada sang maha
pemilik hati
Supaya Bundaku tercinta
Selalu dalam lindunganNya
Dzikir sunyi
Tak terasa air mata mengalir
dari celah-celah hati
Selaksa air sungai yang
mengalir tanpa henti
Dari hulu ke hilir yang
penuh arti
Sungguh kehilangan Bunda
Membuat hatiku sepi
Namun terus aku mencoba
menguatkan sebuah jiwa atma
Karena keikhlasan bahasa
terindah
Sebagai kata dan aksara yang
penuh dengan ketulusan
Saat di tinggal orang yang
sangat di cintai
Bunda
Semoga engkau dalam surgaNya
Do’aku dari hati yang paling
dalam
Bersama dzikir sunyi
Menjemput pagi
Amin........
0 comments:
Post a Comment