Sunday 11 August 2024

Kisah Gus Wim Bertemu Nabi Muhammad SAW




Pada saat menginjakkan kaki di Yogyakarta Gus Wim atau Khoirul Taqwim  bertemu dengan dunia pustaka “selaksa lautan Ilmu berhamburan di pikiran maupun dalam pergerakan”. Maka tak heran rambut gondrong menjadi ciri khas anak-anak muda yang bergejolak dengan Ilmu pengetahuan di Kota pelajar tersebut.


Pertarungan pemikiran dan pergerakan mengarungi di setiap langkah para Mahasiswa yang penuh dengan tantangan yang masih jauh berjalan di jalan yang penuh duri dan licin, walaupun kadang hidup di kota pelajar yang terkenal dengan istilah “nyaman”. 


Namun ternyata di kota pelajar menjadi sebuah pertarungan jati diri dalam membentuk sebuah karakter “Akankah menjadi seorang pemikir liberal, Marxis, Sosialis, kapitalis, Tradisionalis, Khilafah, Modern atau tidak menjadi itu semua”.


Kota Yogyakarta populer dengan berbagai Ilmu pengetahuan terserak di kampus-kampus ternama. Sehingga belajar berbagai Ilmu Pengetahuan di Kota Yogyakarta tidak ada kata habisnya. 


Bahkan semakin mendalami hidup di Kota Yogyakarta “Pendidikan semakin menjadi candu”. Maka jangan heran Kota Yogyakarta di tahun 2010 ke bawah tak jarang Mahasiswa yang lama tak menamatkan diri. Karena terbukti terlalu nyaman dalam pergolakan Ilmu Pengetahuan.


Kota Yogyakarta menjadi kota impian para Mahasiswa tidak hanya di Indonesia, tetapi para Mahasiswa di berbagai negara di dunia berkumpul di Kota Yogyakarta. Bahkan Yogyakarta menjadi sebuah simbol peradaban dan budaya di tingkat Asia Tenggara.


Pada awal di Kota Yogyakarta Gus Wim bergolak dengan berbagai Ilmu Pengetahuan, berawal dari Ilmu-ilmu tradisional tentang keagamaan, apalagi Gus Wim di besarkan di lingkungan Pesantren Asy-Syamsi di Nganjuk Jawa Timur tak jarang bergolak Ilmu-ilmu yang di anggap sudah mapan, tetapi saat menginjakkan kaki di Kota Yogyakarta tidak ada istilah Ilmu mapan. Karena Yogyakarta tempat lautan Ilmu sebagai simbol peradaban Ilmu pengetahuan di Kawasan Asia Tenggara.


Kota Yogyakarta tempat sebuah pergolakan paradigma pemikiran dan pergerakan dalam menghadapi sebuah pemahaman Ilmu Pengetahuan, baik Agama, Filsafat, Seni, Sosial, Budaya, Ekonomi, Hukum, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi, Sejarah, Ilmu Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Tekhnologi dan Ilmu-ilmu Pengetahuan lainnya.


Pada tahun 2001 di Kampus-kampus Yogyakarta, khususnya kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atau yang sekarang berganti nama menjadi menjadi kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, telah menjadi pusaran dalam pencarian berbagai Ilmu-ilmu pengetahuan.


Keberadaan kampus Islam telah menjadi pergolakan paradigma pemikiran antara Islam Tradisional, Islam Khilafah dan Islam Liberal. Keberadaan Gus Wim saat kuliah di semester awal maupun akhir telah menghadapi goncangan berbagai Ilmu barat. Bahkan saat diperkuliahan menganggap “Nabi itu sama dengan manusia biasa secara fisik”. Sehingga menolak bahwa “Nabi secara fisik itu suci tanpa ada dosa”.


Pada saat Dosen dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu suci dan tidak mempunyai dosa dan salah. Maka berangkat dari situlah Gus Wim menolak pendapat Dosen tersebut. Sehingga memunculkan perdebatan yang panjang antara Gus Wim dengan Dosen yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu suci tanpa dosa.


Akibat dari perdebatan keras antara Gus Wim dengan Dosen tersebut. Membuat Gus Wim di suruh membuat tulisan 10 kesalahan Nabi Muhammad. Berangkat dari sinilah pergolakann Gus Wim dalam paradigma pemikiran tak terelakkan untuk membuat 10 tulisan tentang “Nabi Muhammad pernah mempunyai kesalahan secara fisik sebagai lahiriah manusia”.


Gus Wim dalam  membuat tulisan itu tak lepas dari gejolak pemahaman pemberontakan tentang pemahaman agama yang di anggap mapan. Maka butuh pembaharuan dan penyegaran dalam mengkaji tentang Nilai-nilai agama Islam.


Pencarian dan perenungan Gus Wim tentang tulisan “Nabi Muhammad pernah mempunyai kesalahan secara fisik sebagai lahiriah manusia”. menjadi cikal bakal Gus Wim bergolak dengan Ilmu-ilmu sekuler. Sehingga ketika masuk di ruang belajar Gus Wim tak lepas dari deretan buku-buku yang terserak dan tidak terhitung jumlah bukunya.


Bahkan Gus Wim dalam pencarian jati diri menjadi pertarungan yang sangat brutal dalam paradigma pemikiran, pergerakan, dan gagasan maupun ide-idenya.


Eksistensi Gus Wim bertahun-tahun mengkaji Ilmu pengetahuan barat maupun Ilmu pengetahuan timur untuk menemukan sebuah racun dan sebuah penawar dalam sebuah Ilmu Pengetahuan yang di anggap mapan, padahal dibutuhkan sebuah diskontruksi maupun rekonstruksi di dalam Ilmu Pengetahuan tersebut.


Bahkan Gus Wim setiap hari di saat waktu senggang telah menyempatkan diri di gedung-gedung perpustakaan dari pagi sampai hampir gelap. Lalu dilanjutkan di malam hari Gus Wim berdiskusi dengan Kawan-kawan di Sapen dan juga dengan Kawan-kawan yang tergabung dalam kumpulan Study Forum Mahasiswa Dakwah, Liga Forum Study Yogyakarta, Forum Mahasiswa Demokrasi, dan berbagai Forum-forum lainnya.


Setelah seminggu berlalu akhirnya Gus Wim menyerahkan tulisan tentang 10 kesalahan “Nabi Muhammad pernah mempunyai kesalahan secara fisik sebagai lahiriah manusia” kepada Dosennya. Setelah menyerahkan tulisan Gus Wim di persilahkan membaca tulisan itu di depan Kawan-kawan Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Gus Wim salah satu tokoh Mahasiswa yang berani mendobrak, hingga tulisannya masuk di berbagai jurnal kampus maupun di berbagai media dan juga tulisan Gus Wim telah dibukukan dan diterbitkan menjadi karya yang mengagumkan. 


Maka tidak heran setelah Gus Wim berburu Ilmu pengetahuan barat maupun Ilmu pengetahuan timur. Hingga Gus Wim memutuskan membuat buku “Kajian Keislaman Gus Wim Islam Tradisional, Liberal, Khilafah”.  buku tersebut menjadi cikal bakal Gus Wim dalam membendung pemikiran paham liberal dari gerakan barat maupun membendung pemikiran paham khilafah dari gerakan Islam radikal.


Dalam upaya membendung paham liberal maupun paham khilafah yang tak jarang menghakimi dan memberikan Ilmu-ilmu sampah yang dianggap sebuah pencerahan. Namun paradigma pemikiran yang di bawa bangsa barat dan paham khilafah, ternyata merupakan Ilmu-ilmu sampah yang ingin mengkerdilkan dan  membuat kasta Nusantara sebagai kasta inferior.


Gejolak Gus Wim dalam membuat 10 tulisan tentang “Nabi Muhammad pernah mempunyai kesalahan secara fisik sebagai lahiriah manusia” membuat pemikiran Gus Wim semakin kacau balau. Hingga pada akhirnya Gus Wim bertemu Nabi Muhammad SAW melalui mimpi di sekitar jam 3 pagi pada tahun 2002.


Berangkat dari sinilah Gus Wim bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di tahun 2002 melalui jalan mimpi di sekitar jam 3 dini hari, telah menjadi sejarah besar bagi perkembangan paradigma pemikiran Gus Wim.


Saat Gus Wim bermimpi Nabi Muhammad SAW di langit dan berjumpa Tuhan Allah SWT di waktu Isra’ Mi’raj.


Gus Wim saat bertemu Nabi Muhammad SAW lewat mimpi terlihat jelas wajah Nabi Muhammad SAW dengan pakaian serba putih dan berparas tampan yang indah sekali. Sedangkan Tuhan Allah SWT hanya nampak terhalang di balik tabir dalam bentuk gumpalan cahaya yang bersinar terang benderang. 


Berangkat dari mimpi Gus Wim bertemu Nabi Muhammad SAW di tahun 2002, akhirnya Gus Wim terus mengkaji Ilmu dari bangsa Timur dan mengkhususkan diri membaca Maha Karya Ibn Khaldun di dalam buku Muqaddimah. Hingga pada akhirnya Gus Wim di akhir kuliah menyusun tugas akhir dengan judul “Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun dengan Ekonomi Islam”.


Bahkan Gus Wim sampai hari ini telah menulis 13 buku


1. Buku Sabda Cinta 

2. Buku Geguritan Gaib

3. Buku Kajian KeIslaman Gus Wim, Islam Tradisional, Liberal, Khilafah

4. Buku Sahabat Balai Jogja

5. Buku Mengarungi Tinta Keabadian

6. Buku Negeri Para Penulis

7. Buku Rahasia wanita di balik jilbab

8. Buku Antologi Sang Khutbah (Kritik Nalar Konstruktif)

9. Buku Wanita Mungil Dari Desa (Antara Cinta dan Kasta)

10. Buku Antologi Sajak Yang Terkubur

11. Buku Muqaddimah Kerudung

12. Buku Penyair Barzakh dan Luka

13. Saat ini menghasilkan karya kembali dengan buku yang berjudul “Penyair Agung”


Sekian tulisan singkat Kisah Gus Wim Bertemu Nabi Muhammad SAW ini dan terima kasih atas perhatiannya.

0 comments:

Post a Comment