Takbir menggema dari surau dan masjid,
Langit berselimut bintang, tenang dan khidmat.
Namun di kamar kecil ini aku terdiam,
Menatap malam dengan mata yang basah.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Suara yang biasanya kudengar di pelukan Ibu,
Kini hanya gema dari pengeras suara jauh,
Menampar rindu yang tak tahu harus ke mana.
Kota ini terang, tapi hatiku redup,
Langkah-langkah orang menuju kemenangan,
Sementara aku… hanya bisa menulis doa,
Menitipkan peluk lewat angin malam.
Tak ada ketupat, tak ada tawa,
Hanya foto keluarga di atas meja.
Tapi aku tahu, cinta mereka tak pernah jauh,
Meski raga terpisah, hati tetap bersatu.
Air mata jatuh di malam takbir ini,
Tapi bukan karena aku lemah,
Melainkan karena aku rindu…
Dan dalam rindu itu, aku menemukan kekuatan.
0 comments:
Post a Comment