Tuhan,
di hari yang semestinya penuh syukur ini,
aku datang dengan hati yang berat,
tak ada lagi tawa dua suara di meja,
tak ada lagi pelukan hangat di sudut rumah.
Hari Lebaran yang dulu ramai dengan kehangatan,
sekarang hanya kenangan yang mengalun di sunyi,
orang tua telah pulang ke pangkuan-Mu,
meninggalkan aku dengan keterbatasan yang tak terobati
dan kerinduan yang semakin meradang di dada.
Maafkan aku, ya Tuhan,
yang tetap miskin bukan hanya dalam harta,
tapi juga dalam kehadiran mereka yang kucintai,
yang tak bisa lagi kupeluk di hari kemenangan,
yang tak lagi menertawakan langkah kecilku menuju harapan.
Aku menyusuri hari dengan seutas doa
meski sajadahku robek dan kainnya pudar,
aku menyapa kenangan lewat air mata,
mengharapkan sedikit hangat dari rahmat-Mu,
agar di tengah kehilangan, aku masih bisa bertahan.
Di balik keterbatasan ini,
aku belajar untuk mensyukuri tiap detik yang tersisa,
meski kekosongan mengisi ruang-ruang sepi,
aku percaya, kasih-Mu lebih dari cukup
untuk mengisi lubang-lubang yang ditinggalkan.
Tuhan,
di hari yang sakral ini,
kuharap agar setiap rindu yang terpendam
dapat terobati oleh kehangatan abadi-Mu,
dan aku, walau miskin dan terluka,
dapat menemukan secercah cahaya dalam gelap.
Selamat Hari Raya,
meski tanpa pelukan orang tua,
biarkan hatiku tetap terisi syukur
dan tiap doa yang kupanjatkan
mengalir sebagai penghubung jiwa yang tak pernah padam.
0 comments:
Post a Comment