Hari yang dinanti kembali sirna,
janji tinggal bayang di udara,
pelantikan yang ditunggu lama,
ditunda lagi tanpa kata.
Lidah kering, tenggorokan perih,
dompet tipis, harapan letih.
Makan susah, minum pun mahal,
hidup terasa makin gamang.
Di meja hanya piring kosong,
gelas pun tinggal sisa tetesan.
Kami bertahan, tapi sampai kapan?
Sebab janji tak bisa dimakan.
Bukan sekadar seremoni,
bukan sekadar kursi empuk di atas sana,
ini tentang perut yang menjerit,
ini tentang rakyat yang butuh hidup.
0 comments:
Post a Comment