Hari ini seharusnya bahagia,
tapi kabar datang membawa luka.
Pelantikan yang dinanti tiba,
kini lenyap tanpa suara.
Di rumah, piring tetap kosong,
sendok menggigil tanpa genggaman.
Perut-perut lapar menanti,
namun makan harus ditunda lagi.
Anak bertanya, "Ayah, kapan?"
Ibu terdiam menahan sedih.
Bukan tak ingin memberi,
tapi dapur tak lagi berasap.
Sabar, sabar, kata yang usang,
diulang terus tanpa kepastian.
Namun, sabar tak bisa mengenyangkan,
dan lapar tak bisa diajak berdamai.
Kami tak butuh janji yang manis,
kami butuh kepastian hari ini.
Sebab perut yang kosong terus menjerit,
dan hidup tak bisa menunggu lagi.
0 comments:
Post a Comment