Sunday, 25 January 2015

Cara Memperbaiki Canon Mg 2570 Error 5b00

Jangan lupa membaca artikel kami sebelumnya, mengenai > Panduan Bisnis Online bagi Pemula.

Kali ini kita coba membahas lebih lengkap lagi sesuai dengan judul yang anda lihat di atas yakni bagaimana mengatasi printer Canon Mg 2570 dengan tipe error 5b00. jadi pelu diperjelas bahwa jika anda menemukan kendala seperti yang dimaksud judul di atas, itu artinya bahwa printer anda sekarang harus di reset, dalam artian anda harus mengosongkan kembali counter printer anda.

Jadi intinya seperti ini, biar lebih jelas lagi, printer itu selalu menyimpan sebuah data setiap kali anda melakukan proses pencetakan, letak penyimpanan tersebut disimpan dalam sebuah chip, nah jika Chip tersebut sudah berada di ambang batas, dalam artian sudah penuh, maka printer akan segera mengeluarkan sebuah peringatan error, dan error nya itu juga beragam, sesuai dengan apa tipe atau jenis printer yang anda gunakan. Jenis - jenis Printer ,canon printer ,printer laser, printer sablon, gambar printer, fungsi printer,

Nah untuk mengembalikan kondisi printer seperti semula, maka anda diwajibkan untuk menghapus semua data yang tersimpan di chip printer anda, dengan bantuan sebuah tool, atau yang biasa kita kenal dengan sebuah Resetter, jadi saya rasa sudah cukup jelas sampai disini,  hal ini jugalah yang harus anda terapkan pada printer mg 2570 anda dengan error 5b00. namun yang menjadi kendala adalah sekarang ini belum ada keluaran resetter untuk tipe Canon Mg 2570. printer terbaik,harga printer, tinta printer,head printer,

Saya pernah mencoba menggunakan Resetter Tool V3400, namun hasilnya nihil, dosn't Work, jadi solusinya bagaimana? ya tidak ada jalan lain selain kita harus mengganti Chip ic counternya dengan ic yang baru. Ic counter tersebut letaknya berada pada Board Printer gambarnya bisa anda lihat di bawah.

reparasi printer
Lokasi Ic (Klik Untuk Memperbesar)

Ic 508 wp yang baru (Klik Untuk Memperbersa)


reparasi printer
Lokas Ic Berada Klik Untuk Memperbesar

Gambar yang telah ditandai diatas, adalah lokasi dimana Ic conternya (lokasi dimana data pencetakan tersimpan), kita Lepas Ic Tersebut, kemudian  kita ganti dengan menggunakan IC 508 wp yang baru, pasang dengan menggunakan Solder Uap, pasang kembali printer lalu printer sudah siap digunakan kembali, dijamin works.. jika ada yang kurang jelas bisa anda pertanyakan melalui kotak komenta di bawah.. akhir kata semoga berhasil .. canon printer,canon printer,printer murah,harga printer, printer canon, gambar printer,sharing printer. printer canon, ,daftar harga printer,driver canon,printer laser,harga printer epson

Baca Juga :


    Selain sebagai media informasi teknologi, kami juga berbagi artikel tentang bisnis online.

    Friday, 23 January 2015

    Menggunakan Thermal Paste Yang Benar

    Jangan lupa membaca artikel kami sebelumnya, mengenai > Panduan Bisnis Online bagi Pemula.

    MyRepairSolution - 2015, Seperti yang sudah teman - teman ketahui, banyak sekali hal dan faktor yang menyebabkan laptop dan komputer kita panas sehingga mengakibatkan performa komputer dan laptop kita menjadi lag, suka mati sendiri. untuk menghindari hal tersebut kalian bisa membaca artikel Solusi Mengatasi Laptop Panas. nah, selain faktor yang ada di artikel tersebut, ada satu lagi hal yang membuat suhu komputer bisa di dinginkan dan tidak panas, yaitu dengan menggunakan Thermal CPU Paste.

    Cara pakai thermal paste
    bingung cara menggunakannya ?

    yup, pada kesempatan kali ini, admin akan memberikan kalian pengetahuan tentang Cara Menggunakan Thermal Paste / Compund Yang Benar. banyak sekali tutorial yang ada di internet tentang cara peng-aplikasian thermal paste ini tetapi ternyata banyak juga yang memberikan info yang keliru seputar thermal grease ini. bukan hanya cara menggunakannya secara benar, tetapi juga akan dijelaskan apa itu thermal paste. yuk, langsung disimak !

    Apa itu Thermal Paste / Compound / Grease / Heatsink Paste ?

    yup, pasti di antara kalian ada yang bertanya dan bingung, apasih Thermal Paste itu ? karena memang diantara komponen komputer lain, pasta ini jarang sekali di bahas padahal fungsinya cukup penting lho.

    Thermal Paste, thermal compound, thermal grease adalah sebuah cairan kental yang memiliki sifat seperti minyak, yang berguna untuk meningkatkan konduktivitas thermal antara dua buah permukaan dengan mengisi celah-celah mikroskopis sehingga penhantaran panas akan lebih cepat.

    ilustrasi cara kerja thermal paste
    ilustrasi

    jadi, Fungsi utama sebuah thermal paste adalah bukan untuk mendinginkan tetapi melainkan untuk mempercepat proses penghantaran panas dari processor ke heatsink sehingga processor tidak akan cepat panas.

    Membedakan Thermal Compound Yang Bagus

    banyak sekali jenis thermal paste yang ada di pasaran saat ini, mulai dari perbedaan harga, hingga bentuk kemasan.  perbedaan berdasarkan harga di pasaran ada yang mulai dari Rp. 20.000 hingga Rp. 200.000. sedangkan untuk kemasan sangat beragam, mulai dari botolan, sachet, hingga yang berbentuk suntikan. jadi semakin harganya naik biasanya semakin bagus kualitasnya.

    beragam macam thermal compound
    berbagai macam bentuk

    Cara Menggunakan Thermal Compound Yang Baik

    Seperti yang sudah admin katakan di awal, bahwa banyak sekali informasi di internet yang mengajarkan cara menggunakan thermal paste ini secara keliru. nah, lalu bagaimana sebenarnya cara mengaplikasi thermal paste yang baik dan benar, kamu bisa simak berikut ini :

    1. Membuka Heatsink dan fan processor dari motherboard

    pertama, buka casing PC kamu, lalu copot kipas serta heatsink yang menempel pada processor. itu, namun jangan angkat processor untuk membersihkannya, dan jangan kamu sentuh bagian pin yang ada di bawah processor, karena jika kamu sentuh efeknya bisa fatal untuk komputer misalnya saja komputer menjadi lag atau lelet. atau bahkan bisa - bisa processor tidak terbaca oleh motherboard karena area ini harus benar - benar bersih.

    jangan menyentuh bagian pin dari processor
    jangan menyentuh bagian pin processor

    2. Bersihkan sisa - sisa thermal paste yang ada di bagian depan processor
    bersihkan sisa - sisa thermal paste lama yang ada di processor, bersihkan dengan menggunakan tissue yang dibasahi konsentrat alcohol. pastikan benar - benar bersih tanpa tersisa.

    berihskan sisa thermal paste yang lama
    bersihkan processor


    3. Buka kemasan thermal paste
    Buka kemasan thermal compound kamu, bagaimanapun bentuknya, 

    buka kemasan thermal paste
    buka kemasan thermal paste

    thermal paste sachet
    bentuk sachet


    4. Gunakan Thermal Paste Sedikit Mungkin Tetapi Cukup
    apply thermal paste tepat di tengah processor kamu, sedikit tapi jangan terlalu sedikit, banyak tapi jangan terlalu banyak. harap diperhatikan, metode menerapkan thermal paste ini banyak sekali, ada yang dengan mengoleskan keseluruh permukaan processor ada juga yang mengoleskan berbentuk huruf x. tetapi, pihak intel telah mengeluarkan statement bahwa paling tepat dengan mengoleskan seperti gambar di bawah ini.

    oleskan di tengah
    oleskan di tengah

    tidak perlu banyak - banyak
    tidak perlu banyak
    dengan peletakan seperti ini maka thermal paste akan merata secara sendirinya akibat tekanan dengan heatsink processor.

    5. Pasang kembali kipas dan heatsink
    Pasang kembali kipas processor secara benar.

    pasang kipas dan heatsink
    pasang kipas dan heatsink

    setelah itu kamu bisa pasang casing PC kamu seperti semula, pastikan semua kabel terpasang kembali, jangan sampai Komputer Gagal Booting karena kabel kurang kencang yah. dan proses mengganti thermal paste pun selesai.

    nah sekarang kamu bisa mencoba menyalakan komputer kamu lalu lihat hasilnya, kamu bisa menggunakan aplikasi CPU-core atau CPUID Hwmonitor untuk dapat melihat suhu komputer kamu sekarang.

    suhu normal 30-60 derajat
    suhu turun setelah thermal paste diganti

    Sumber ilmu : intel.com

    Demikian lah artikel tentang Cara Mengganti Thermal CPU Paste Dengan Mudah, semoga bisa membantu kamu, jangan lupa juga untuk meninggalkan komentar atau sekedar like fanspage facebook kami yah, terimakasih telah menjadi pembaca yang baik (^_^). salam Myrepairsolution | Blog Solusi Masalah Teknologi.



    Selain sebagai media informasi teknologi, kami juga berbagi artikel tentang bisnis online.

    Cara Mempercepat Kinerja Komputer/Laptop

    Jangan lupa membaca artikel kami sebelumnya, mengenai > Panduan Bisnis Online bagi Pemula.

    Komputer anda lelet kayak keong, hehe, jadi menurut saya itu adalah hal yang sangat biasa, kita tahu ada banyak sekali jenis kerusakan yang ada pada komputer, kompter sering hank, blue Screen, tidak bisa booting, pokoknya masih banyak lagi jenis kendala yang kemungkinan bisa kita temui,  salah satunya itu adalah kinerja komputer mulai melambat.

    Pada dasarnya perlu anda ketahui bahwa komputer menjadi lambat seperti itu bisa dikarenakan usia komputer, yaa tidak jauh berbedalah dengan manusia semakin tua, kinerjanya juga semakin lambat, kan seperti itu, namun bukan berarti bahwa usia komputer yang sudah rentah, tidak bisa lagi kita perbaiki kinerjanya, kita juga bisa mengambil langkah-langkah sederhana misalnya Tune-up, dan kalau memungkinkan dan anda cukup budget anda bisa mengupgrade beberapa komponen hardwere pada komputer ada biar kinerjanya itu bisa optimal lagi.

    dan perlu juga anda ketahui bahwa perawatan komputer juga sangat besar peranannya disini, tanpa perawatan yang memadai, imbasnya itu bisa menyebabkan komputer anda jadi amban seperti keong, Nah olehnya itu di tulisan ini kita akan mencoba kupas apa-apa saja penyebab komputer jadi lamban serta bagaimana solusi untuk mengatasinya. lebih lengkapnya akan dijeskan di bawah ini

    Cara Mempercepat Kinerja Komputer


    Yang Petama :
    Penyebab yang pertama adalah faktor memory, saya yakin anda sudah tahu peranan memori disini, semakin tinggi Kapasitas ram yang terpasang pada komputer/Laptop anda maka semakin besar peluang komputer anda untuk berkinerja jauh lebih baik lagi, olehnya itu coba anda cek Seberapa besar Kekuatan atau kapasitas Ram yang terpasang pada komputer/Laptop anda.

    Jika komputer anda berkelas Intel Pentium 4 dengan Sistem Operasi yang terpasang adalah Windows XP dan menggunakan aplikasi yang standard ada baiknya jika anda meng upgrade ram ada Minimal 1 GB, coba anda lakukan dan lihat perubahan yang terjadi pada Komputer/Laptop anda.

    Yang Kedua :
    Penyebab yang kedua adalah Kemungkinan besar komputer anda jadi lambat disebabkan karena banyak sekali Start up program dan service yang berjalan pada komputer anda, artinya terlalu banyak sekali program-program yang kemungkinan besar tidak anda perlukan, jadi solusinya adalah kita mematikan program-program yang tidak kita butuhkan tadi, nah caranya itu sangatlah mudah

    Masuk Ke Menu Start kemudian di kotak run ketikkan msconfig, iklik tab service dan Start up, lihat gambar di bawah

    Mempercepat Komputer laptop


    nah disitu anda bisa memilih program-program yang mana yang bisa anda jalankan atau yang tidak ingin anda jalankan, dengan cara uncek pada kotak ceklis


    Yang Ketiga :
    Penyebab utama yang lainnya adalah Terlalu banyak jenis program yang terinstal pada KOmputer/laptop anda, Terlalu banyak program yang anda instal maka semakin besar daya yang dibutuhkan Ram anda, sebenarnya hal itu tidak masalah jika memang komputer anda bisa kita katakan tingkat pro, namun bagaimana jika kompter anda hanya Standard saja, sebaiknya anda buang saja Program-program yang tidak dibutuhkan tadi dengan cara Uninstal beberapa program tersebut, sisakan program yang anda butuhkan saja.


    Yang Keempat :
    Penyebab yang lainnya adalah Temporary File yang membesar, yang dinamakan dengan file Temporary adalah file-file yang bersifat sementara, disini anda diharapkan untuk mengahapus atau membersihkan file-file tersebut, agar komputer bisa berkinerja lebih baik. untuk membersihkannya anda bisa masuk ke "C:\Documents and Settings\nama_user\Local Settings\Temp" dan"C:\WINDOWS\Temp".  disitu anda bisa menemukan beberapa file yang tidak penting, untuk membersihkannya silahkan anda dellete file yang ada. lebih mudah nya and jugabisa menggunakan Sistem Clean Up, caranya Klik Start - Run lalu masukkan atau ketikkan "Cleanmgr" kemudian silahkan anda pilih bagian drive mana yang akan di Cleanup

    Yang Kelima :
    Penyebab yang kelima adalah terlalu banyak file-file petahanan pada komputer atau biasa kita kenal dengan Security Program, antara lain misalnya antivirus, firewell, memasang antivirus pada komputer memang sangat dianjurkan bahkan diwajibkan, karena Virus bisa menyebabkan komputer jadi hang, tapi perlu anda ketahui bahwa terlalu banyak Memasang antivirus justru bisa membuat komputer jadi lebih berat, lambat alias kayak keong. misalnya memasang sampai 3 jenis antivirus.

    Banyak sekali yang  beranggapan bahwa memasang antivirus lebih dari 1 bisa membuat komputer jadi kebal terhadap virus, namun sebenarnya itu persepsi yang salah, yang terpenting saat anda menggunakan antivirus adalah usahakan anda rajin mengupdate antivirus anda

    Yang Keenam :
    yang keenam adalah komputer atau laptop jadi lambat disebabkan karena terjadi permasalahan pada komponen Hardwere dan salah satunya adalah Hardisk , hardwere yang satu ini juga termasuk penyumbang terbesar mengapa komputer jadi lambat atau lemot, Nah permasalahan yang umum pada hardisk yang perlu anda ketahui adalah hardisk low space (kurangnya ruang pada hardisk), hardisk terfaragmentasi, hardisk sudah berumur tua yang mengakibatkan Rpm jadi menurun dan yang terakhir adalah Hardisk Badsector (Error) ,.

    Nah untuk mengatasi beberapa permasalahan seperti itu anda bisa melakukan langkah langkah sederhana dengan cara mengupgrade kapasitas Hardisk yang anda gunakan dan kalau memungkinkan ganti hardisk dengan yang baru, dengan melakukan defragmenter dengan teratur agar seluruh file-file yang ada bisa tersusun dengan rapi, bersihkan hardisk dari beragam jenis kotoran misalnya debu atau semacamnya, dan terakhir anda bisa memanfaatkan tool Check Disk untuk mengatasi hardisk yang Bad Sector.

    Yang Ketujuh:
    penyebab lain yang menyebabkan komputer jadi lambat adalah komputer terkena serangan virus, saya rasa ini adalah kendala yang paling umum, pemecahannya adalah tidak ada lain, selain kita harus menghilangkan virus-virus atau malwere tersebut. sebagai langkah awal adalah lakukan Scanning sesuai dengan anti virus yang anda gunakan, disarankan untuk menggunakan Anti virus Update terbaru, karena kalau anda tetap mengunakan updetan yang terdahulu, komputer anda akan rentan terkena serang virus terbaru. Selain itu ada juga langkah lain yang bisa anda jalankan yaitu dengan mematikan fasilitas System Restore . dengan cara masuk ke Windows Safe Mode

    Yang Kedelapan :
    Penyebab yang kedelapan adalah ada file system yang Corrupt atau hilang, nah umumnya kendala seperti ini terjadi ketika komputer sedang terkena virus, yang kemudian file tersebut terlanjur jadi rusak, atau terhapus oleh antivirus yang anda gunakan, nah Untuk mengatasi hal tesebut anda bisa menggunakan System Repair pada komputer atau laptop anda. kalau tidak mau pusing-pusing anda bisa melakukan reinstal pada System

    Yang Kesembilan:
    Salah satu penyebab mengapa komputer atau laptop jadi melambat adalah terjadinya Over Heat , yang bisa menyebabkan penurunan pada kinerja kompter, Komputer terlalu lama bekerja yang membuat Hank dan kadang Restart sendiri, sebaiknya jika itu yang anda alami sekarang ini, coba anda periksa dan pastikan juga bahwa sirkulasi udara pada CPU bisa berjalan dengan baik begitu juga halnya dengan Fan (Kipasnya),  pastikan juga bahwa kipas terhindar dari debu atau kotoran, karena terkadang debu yang terlapau banyak mengurangi kecepatan putaran kipas.

    itulah tadi beberapa penyebab mengapa komputer laptop anda jadi melambat, dan saya harapkan dengan adanya tips komputer di atas bisa memberikan manfaat, sekian dulu semoga tulisan ini bermanfaat, jika ada yang kurang jelas, silahkan anda meninggalkan pertanyaan melalui kotak komentar di bawah, sebisa mungkin akan saya bantu menjawabnya. akhirkata wassalam



    Selain sebagai media informasi teknologi, kami juga berbagi artikel tentang bisnis online.

    Tuesday, 20 January 2015

    9 Cara Memelihara Kesehatan Mata

    Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

    Mata adalah jendela tubuh kita. Dengan mata kita dapat melihat, mengenali, dan merasakan obyek yang ada di sekitar kita. Untuk itu kita harus merawatnya, agar mata kita senantiasa sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya.

    Gangguan-gangguan pada mata yang mungkin sudah banyak kita mendengarnya seperti mata minus, mata tidak bisa mengenali warna atau buta warna, sakit mata merah adalah gangguan pada organ mata yang menyebabkan seseorang tidak dapat melihat dengan sempurna. Berbagai penyebab penyakit tersebut dapat menimpa mata siapa saja. Seperti miopi atau rabun jauh yang banyak menimpa kalangan pelajar dan mereka yang sangat hobi dalam membaca buku. 

    Berikut ini 9 tips mudah menjaga kesehatan mata anda :

    1.       Jangan membaca buku terlalu dekat . Usahakan membaca buku pada jarak yang ideal. Jarak ideal  membaca buku yaitu 30 cm dari buku ke mata. Hal ini untuk mencegah penyakit mata seperti miopi atau rabun dekat.
    2.       Jangan membaca buku sambil Tiduran. Usahakan tidak membaca buku atau teks apapun dalam kondisi sambil tiduran. Ini juga dapat membuat kesehatan mata terganggu seperti dapat terkena miopi.
    3.       Jangan membaca buku dengan pencahayaan yang kurang. Karena penerangan yang kurang dapat menganggu kesehatan mata.
    4.       Istirahatkan Mata. Jika pekerjaan anda adalah di depan computer atau laptop, Ketika sudah terlalu lama di depan layar komputer atau laptop, mata anda akan mengalami kecapekan. Maka istirahatkan mata anda. Ini juga sangat penting untuk menjaga kesehatan mata anda.
    5.       Jangan  mengucek mata, Mengucek mata dapat menyebabkan iritasi pada mata, apalagi ketika tangan dalam keadaan kotor atau habis memegang sesuatu benda. Karena tangan yang kotor dapat menginfeksi organ mata yang akan berakibat sangat buruk untuk kesehatan mata kita.
    6.       Kedipkan Mata. Usahakan mengedipkan mata dengan intensitas agak ditambah, pada saat fokus melihat sesuatu terlalu lama seperti komputer ataupun laptop. Umumnya mata seseorang berkedip sebanyak 10-12 kali dalam satu menit. Mata berkedip bertujuan untuk member oksigen pada mata. Mata yang jarang berkedip akan merasa kecapekan karena kekurangan oksigen.
    7.       Usahakan memakan makanan yang sangat baik untuk kesehatan mata. Makanan yang baik untuk menjaga kesehatan mata adalah yang banyak mengandung vitamin A misalnya wortel atau papaya.
    8.       Tidurlah yang cukup untuk mengistirahatkan mata, dengan tidur yang cukup antara 7 sampai dengan 8 jam akan mampu mengurangi timbulnya peradangan di mata. Kuranya tidur akan menimbulkan kantung mata yang sangat menyebalkan. Selain itu peradangan di mata ini juga bisa menimbulkan area hitam disekitar mata. Khusus bagi yang kerja malam atau sering lembur ada baiknya untuk menyeimbangkan jam tidurnya.
    9.       Jangan banyak-banyak makan-makanan yang terlalu asin. Alasannya adalah karena makanan yang sarat akan kandungan garam ini bisa menyokong timbulnya bengkak di mata.  Kenapa demikian ? secara teoritis dikatakan bahwa garam ini bersifat menahan air. Untuk mengimbanginya dan membuang pemicu timbulnya kantung mata dan juga peradangan ini disarankan untuk banyak-banyak minum air putih (8 gelas perhari).


    Memelihara kesehatan mata termasuk tindakan preventif atau pencegahan agar tidak terkena penyakit mata, atau gangguan pada mata. Tindakan pemeliharaan ini sangat penting, karena jika seseorang sudah mengalami gangguan pada mata misalnya tidak bisa melihat dalam jarak dekat atau tidak bisa melihat dalam jarak jauh, maka proses penyembuhannya akan memakan waktu yang lama. Untuk itu sebelum terjadi gangguan pada mata anda, lebih baik lakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat memelihara kesehatan mata anda agar selalu sehat dan normal selamanya.

    Sumber https://www.olahragakesehatanjasmani.com/

    Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

    MATERI ILMU SOSIOLOGI TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

    Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

    Mengapa (Perlu) Pendidikan Karakter?


    A. Pendahuluan
    Pertanyaan yang selalu hadir dalam diri penulis makalah ini ketika berhadapan dengan arti penting pendidikan karakter: Mengapa perlu pendidikan karakter? Apakah ”karakter” dapat dididikkan? Karakter apa yang perlu dididikkan? Bagaimana mendidikkan aspek-aspek karakter secara efektif? Bagaimana mengukur keberhasilan sebuah pendidikan karakter? Siapa yang harus melakukan pendidikan karakter? Bagaimana hubungannnya dengan bidang studi lainnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kembali diperkuat oleh kebijakan yang menjadikan pendidikan karakter sebagai ”program” pendidikan nasional di Indonesia terutama dalam Kementerian Pendidikan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II. ”Pendidikan karakter” bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Namun, jagad  pendidikan Indonesia kembali diramaikan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional yang mengusung pendidikan karakter lima tahun ke depan melalui Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Masih kental di ingatan kalangan pendidikan kita di awal Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, ketika itu Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin, berusaha menghidupkan pendidikan watak dan budi pekerti – sebagai amanat Garis-garis Besar Haluan Negara 1999— terutama untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. 
    Pemeo lama di dunia pendidikan nasional Indonesia yang mengatakan bahwa “ganti menteri, maka ganti kurikulum atau ganti kebijakan,” menyiratkan sedikitnya dua hal. Pertama, persoalan pendidikan akan selalu dikaitkan dengan arah politik atau kebijakan pendidikan nasional, sehingga antara pendidikan dan politik selalu berhubungan sangat kuat. Kedua, ada penyederhanaan anggapan bahwa persoalan pendidikan seakan hanya sebatas masalah kurikuler atau urusan kurikulum lembaga pendidikan formal.
    Secara khusus, meskipun sebelum ada kebijakan Menteri Pendidikan Nasional tentang pendidikan karakter, namun keputusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk menjadikan Pendidikan Karakter sebagai sebuah program kurikuler mulai tahun akademik 2009/2010, merupakan langkah penting untuk mengkaji ulang secara mendalam tentang pendidikan karakter itu sendiri. Dari sini pula, pertanyaan lanjutannya: Apakah pendidikan karakter di FISE UNY sebuah keberanian kebijakan pendidikan fakulter yang akan terus berlanjut tanpa mengenal pergantian pimpinan fakultas? Pertanyaan ini patut dikemukakan, karena jangan sampai terjadi, sebuah mata kuliah lahir karena sebuah kekuasaan tengah berlangsung. Pergantian kepemimpinan (fakultas atau pun universitas) jangan menjadi faktor utama penggantian atau penghapusan sebuah nomenklatur suatu  mata kuliah.
    Paparan makalah ini menyajikan ulang secara ringkas beberapa aspek pendidikan karakter, khususnya pendidikan karakter sebagai program kurikuler. Tujuan utama makalah ini ialah agar diperoleh pemahaman (bahkan kesepahaman) tentang bagaimana pendidikan karakter itu dilakukan secara optimal di kampus FISE UNY.

    B. Ragam Pendidikan Karakter
    Ada beberapa penamaan nomenklatur untuk merujuk kepada kajian pembentukan karakter peserta didik, tergantung kepada aspek penekanannya. Di antaranya yang umum dikenal ialah: Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Karakter itu sendiri. Masing-masing penamaan kadang-kadang digunakan secara saling bertukaran (inter-exchanging), misal pendidikan karakter juga merupakan pendidikan nilai atau pendidikan relijius itu sendiri (Kirschenbaum, 2000). Sebagai kajian akademik, pendidikan karakter tentu saja perlu memuat syarat-syarat keilmiahan akademik seperti dalam konten (isi), pendekatan dan metode kajian. Di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat terdapat pusat-pusat kajian pendidikan karakter (Character Education Partnership; International Center for Character Education). Pusat-pusat ini telah mengembangkan model, konten, pendekatan dan instrumen evaluasi pendidikan karakter. Tokoh-tokoh yang sering dikenal dalam pengembangan pendidikan karakter antara lain Howard Kirschenbaum, Thomas Lickona, dan Berkowitz.  Pendidikan karakter berkembang dengan pendekatan kajian multidisipliner: psikologi, filsafat moral/etika, hukum, sastra/humaniora.
    Terminologi ”karakter” itu sendiri sedikitnya memuat dua hal: values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah entitas. ”Karakter yang baik” pada gilirannya adalah suatu penampakan dari nilai yang baik pula yang dimiliki oleh orang atau sesuatu, di luar persoalan apakah ”baik” sebagai sesuatu yang ”asli” ataukah sekadar kamuflase. Dari hal ini, maka kajian pendidikan karakter akan bersentuhan dengan wilayah filsafat moral atau etika yang bersifat universal, seperti kejujuran. Pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai menjadikanupaya eksplisit mengajarkan nilai-nilai, untuk membantu  siswa mengembangkan disposisi-disposisi guna bertindak  dengan cara-cara yang pasti” (Curriculum Corporation, 2003: 33). Persoalan baik dan buruk, kebajikan-kebajikan, dan keutamaan-keutamaan menjadi aspek penting dalam pendidikan karakter semacam ini.
    Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut berkepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural.   
    Bagaimana pendidikan karakter yang ideal? Dari penjelasan sederhana di atas, pendidikan karakter hendaknya mencakup aspek pembentukan kepribadian yang memuat dimensi nilai-nilai kebajikan universal dan kesadaran kultural di mana norma-norma kehidupan itu tumbuh dan berkembang. Ringkasnya, pendidikan karakter mampu membuat kesadaran transendental individu mampu terejawantah dalam perilaku yang konstruktif berdasarkan konteks kehidupan di mana ia berada: Memiliki kesadaran global, namun mampu bertindak sesuai konteks lokal.

    C. Perpektif Pendidikan Karakter
    Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler telah dipraktekan di sejumlah negara. Studi J. Mark Halstead dan Monica J. Taylor (2000) menunjukkan  bagaimana pembelajaran dan pengajaran nilai-nilai sebagai cara membentuk karakter terpuji telah dikembangkan di sekolah-sekolah di Inggris. Peran sekolah yang menonjol terhadap pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai tersebut ialah dalam dua hal yaitu:
    to build on and supplement the values children have already begun to develop by offering further exposure to a range of values that are current in society (such as equal opportunities and respect for diversity); and to help children to reflect on, make sense of and apply their own developing values (Halstead dan Taylor, 2000: 169).
     Untuk membangun dan melengkapi nilai-nilai yang telah dimiliki anak agar berkembang  sebagaiamana nilai-nilai tersebut juga hidup dalam masyarakat, serta agar anak mampu merefleksikan, peka, dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut, maka pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendirian. Dalam kasus di Inggris, review penelitian tentang pengajaran nilai-nilai selama dekade 1990-an memperlihatkan bahwa pendidikan karakter yang diusung dengan kajian nilai-nilai dilakukan dengan program lintas kurikulum. Halstead dan Taylor (2000: 170-173) menemukan bahwa nilai-nilai yang diajarkan tersebut juga disajikan dalam pembelajaran Citizenship; Personal, Social and Health Education (PSHE); dan mata pelajaran lainnya seperti Sejarah, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Alam dan Geografi, Desain dan Teknologi, serta Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
    ”Karakter warga negara yang baik” merupakan tujuan universal yang ingin dicapai dari pendidikan kewarganegaraan di negara-negara manapun di dunia. Meskipun terdapat ragam nomenklatur pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara (Kerr, 1999; Cholisin, 2004; Samsuri, 2004, 2009) menunjukkan bahwa pembentukan karakter warga negara yang baik tidak bisa dilepaskan dari kajian pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Sebagai contoh, di Kanada pembentukan karakter warga negara yang baik melalui pendidikan kewarganegaraan diserahkan kepada pemerintah negara-negara bagian. Di negara bagian Alberta (Kanada) kementerian pendidikannya telah memberlakukan kebijakan pendidikan karakter bersama-sama pendidikan karakter melalui implementasi dokumen The Heart of the Matter: Character and Citizenship Education in Alberta Schools (2005). Dalam konteks Indonesia, di era Orde Baru pembentukan karakter warga negara nampak ditekankan kepada mata pelajaran seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) maupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bahkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Di era pasca-Orde Baru, kebijakan pendidikan karakter pun ada upaya untuk ”menitipkannya” melalui Pendidikan Kewarganegaraan di samping Pendidikan Agama.
    Persoalannya apakah nilai-nilai pembangun karakter yang diajarkan dalam setiap mata pelajaran harus bersifat ekplisit ataukah implisit saja? Temuan Halstead dan Taylor (2000) pun menampakkan perdebatan terhadap klaim-klaim implementasi pengajaran nilai-nilai moral dalam Kurikulum Nasional di Inggris (terutama di era Pemerintahan Tony Blair). Klaim-klaim tersebut antara lain menyatakan pentingnya:

    ·         Sejarah sebagai sebuah alat untuk membantuk siswa mengembangkan toleransi atau komitmen rasional terhadap nilai-nilai demokratis.
    ·         Bahasa Inggris sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan kemandirian dan menghormati orang lain
    ·         Pengajaran Bahasa Modern untuk menjamin kebenaran dan integritas personal dalam berkomunikasi
    ·         Matematika sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan tanggung jawab sosial
    ·         Ilmu Alam dan Geografi sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan sikap-sikap tertentu terhadap lingkungan
    ·         Desain dan Teknologi sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan nilai-nilai multikultural dan anti-rasis
    ·         Ekspresi Seni sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan kualitas fundamental kemanusiaan dan tanggapan spiritual terhadap kehidupan
    ·         Pendidikan Jasmani dan Olah Raga sebagai alat untuk membantu siswa mengembangkan kerjasama dan karakter bermutu lainnya (diadaptasikan dari Halstead dan Taylor, 2000: 173).
    Paparan tersebut memperkuat alasan bahwa pendidikan karakter merupakan program aksi lintas kurikulum. Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diselenggarakan sebagai program kurikuler yang berdiri sendiri (separated subject) dan lintas kurikuler (integrated subject). Namun, pendidikan karakter juga dapat dilaksanakan semata-mata sebagai bagian dari program ekstra-kurikuler seperti dalam kegiatan kepanduan, layanan masyarakat (community service), maupun program civic voluntary dalam tindakan insidental seperti relawan dalam mitigasi bencana alam. 
    Pendidikan karakter sebagai sebuah program kurikuler dapat didekati dari perspektif programatik maupun teoritis.

         a.  Perspektif programatik 
    1. Habit versus Reasoning. Beberapa perspektif menekankan kepada pengembangan penalaran dan refleksi moral seseorang, perspektif lainnya menekankan kepada mempraktikan perilaku kebajikan hingga menjadi kebiasaan (habitual). Adapula yang melihat keduanya sebagai hal penting.
    2. ”Hard” versus ”Soft” virtues. Pertanyaan-pertanyaan: apakah disiplin diri, kesetiaan (loyalitas) sungguh-sungguh penting? atau, apakah kepedulian, pengorbanan, persahabatan sangat penting? Kecenderungannya untuk menjawab YA untuk kedua pertanyaan tersebut.
    3. Focus on the individual versus on the environment or community. Apakah karakter yang tersimpan pada individu ataukah karakter yang tersimpan dalam norma-norma dan pola-pola kelompok atau konteks? Jawabnya, memilih kedua-duanya (Schaps & Williams, 1999 dalam Williams, 2000: 35).
        b. Perspektif Teoritis 
    1. Community of care (Watson)
    2. constructivist approach to sociomoral development (DeVries)
    3. child development perspectives (Berkowitz)
    4. eclectic  approach (Lickona)
    5. traditional perspective (Ryan) (the National Commission on Character Education dalam Williams, 2000: 36)
    D. Instrumen Efektivitas Pendidikan Karakter
    Character Education Partnership (2003) telah mengembangkan standar mutu Pendidikan Karakter sebagai alat evaluasi diri terutama bagi lembaga (sekolah/kampus) itu sendiri.  Instrumen berupa skala Likert (0 – 4) dengan memuat 11 prinsip sebagai berikut:

    1. Effective  character education promotes core ethical values as the basis of  good character.
    2. Effective  character education defines “character” comprehensively to include thinking, feeling and behavior.
    3. Effective  character education uses a comprehensive, intentional, and proactive approach to character development.
    4. Effective  character education creates a caring school community.
    5. Effective  character education provides students with opportunities for moral action.
    6. Effective  character education includes a meaningful and challenging academic curriculum that respects all learners, develops their character, and helps them succeed.
    7. Effective  character education strives to develop students’ self-motivation.
    8. Effective  character education engages the school staff as a learning and moral community that shares responsibility for character  education and attempts to adhere to the same  core values that guide the education of students.
    9. Effective  character education fosters shared moral leadership and long-range support of the character education initiative.
    10. Effective  character education engages families and community members as partners in the character-building effort.
    11. Effective  character education assesses the character of the school, the school staff’s functioning as character educators, and the extent to which students manifest good character. (Character Education Partnership, 2003:5-15)
    Jika ke-11 prinsip tersebut diadaptasikan  sebagai cara mengukur efektivitas pendidikan karakter di FISE UNY, maka pendidikan karakter di FISE UNY telah diupayakan untuk:
    1. mempromosikan inti nilai-nilai etis sebagai dasar karakter yang baik (nilai-nilai etis yang pokok dapat berasal dari ajaran agama, kearifan lokal, maupun falsafah bangsa).
    2. mengartikan “karakter” secara utuh termasuk pemikiran, perasaan dan perilaku (cipta, rasa, karsa dan karya dalam slogan pendidikan di UNY).
    3. menggunakan pendekatan yang komprehensif, bertujuan dan proaktif untuk perkembangan karakter.
    4. menciptakan suatu kepedulian pada masyarakat kampus.
    5. memberikan para mahasiswa peluang untuk melakukan tindakan moral.
    6. memasukkan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang dengan menghormati semua peserta didik, mengembangkan kepribadiannya, dan membantu mereka berhasil.
    7. mendorong pengembangan motivasi diri mahasiswa.
    8. melibatkan staf/karyawan kampus sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter serta berupaya untuk mengikuti nilai-nilai inti yang sama yang memandu pendidikan para mahasiswa.
    9. memupuk kepemimpinan moral dan dukungan jangka-panjang terhadap inisiatif pendidikan karakter.
    10. melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
    11. menilai karakter kampus, fungsi staf kampus sebagai pendidik karakter, dan memperluas kesempatan para mahasiswa untuk menampilkan karakter yang baik.
    Efektivitas implementasi program juga dipengaruhi oleh bagaimana strategi-strategi pembelajarannya dilakukan.  Ada beberapa model dan strategi pembelajaran pendidikan karakter yang dapat dipergunkan, antara lain:
    1. Consensus building (Berkowitz, Lickona)
    2. Cooperative learning (Lickona, Watson, DeVries, Berkowitz)
    3. Literature (Watson, DeVries, Lickona)
    4. Conflict resolution (Lickona, Watson, DeVries, Ryan)
    5. Discussing and Engaging students in moral reasoning.
    6. Service learning (Watson, Ryan, Lickona, Berkowitz) (Williams, 2000: 37)
    Di luar model pembelajaran karakter tersebut, ada beberapa model penting lainnya sehingga pendidikan karakter dapat efektif. Mengikuti Halstead dan Taylor (2000), pertama, adalah pendidikan karakter melalui kehidupan sekolah/kampus; Visi-misi sekolah/kampus; teladan guru/dosen, dan penegakan aturan-aturan dan disiplin. Model ini menekankan pentingnya dibangun kultur sekolah/kampus yang  kondusif untuk penciptaan iklim moral yang diperlukan sebagai direct instruction, dengan melibatkan semua komponen penyelenggara pendidikan. Ini sebenarnya mirip dengan kesebelas instrumen efektivitas pendidikan karakter yang dirumuskan oleh Character Education Partnership (2003) di atas.
    Kedua, penggunaan metode di dalam pembelajaran itu sendiri. Metode-metode yang dapat diterapkan antara lain dengan problem solving, cooperative learning dan  experience-based projects yang diintegrasikan melalui pembelajaran tematik dan diskusi untuk menempatkan nilai-nilai kebajika ke dalam praktek kehidupan, sebagai sebuah pengajaran bersifat formal (Halstead dan Taylor, 2000: 181). Metode bercerita, Collective Worship (Beribadah secara Berjamaah), Circle Time (Waktu lingkaran), Cerita Pengalaman Perorangan, Mediasi Teman Sebaya, atau pun Falsafah untuk Anak (Philosophy for Children) dapat digunakan sebagai alternatif pendidikan karakter (Halstead dan Taylor, 2000)
    E. Pendidikan Karakter di FISE UNY
    1. Profil  ”Insan Cendekia, Mandiri, dan Bernurani”
    ”Insan Cendekia, Mandiri, dan Bernurani” sebagaimana profil civitas akademika di Universitas Negeri Yogyakarta, menggambarkan bahwa karakter yang demikian menjadi common platform dan “kehendak bersama”  setiap civitas akademika, terutama dosen dan pimpinan universitas. Program-program pelatihan ESQ sebagai bagian dari upaya membentuk ”Insan Cendekia, Mandiri, dan Bernurani” bagi mahasiswa (baru) dan juga dosen serta karyawan merupakan sesuatu yang penting sebagai satu bentuk penyadaran, namun perlu dikritisi efektivitasnya untuk membentuk karakter yang diharapkan.

    2. Perdebatan
    1. Pendidikan karakter bersifat eksklusif untuk nomenklatur mata kajian tertentu yang sejenis  (seperti Pendidikan Agama, pendidikan Pancasila) ataupun di program studi tertentu (seperti Dasar-dasar Pendidikan Moral maupun Etika di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan) di Universitas negeri Yogyakarta.
    b.      Pengajuan nama Pendidikan Karakter cenderung politis (tergantung siapa yang memimpin di Fakultas atau Universitas), sehingga ketika pergantian rejim mata kajian ini pun khawatir akan turutserta tergusur.
    c.       Pembentukan karakter lulusan menjadi tanggung jawab setiap pendidik (dosen), dengan demikian tidak ada alasan bahwa kewajiban membentuk karakter lulusan hanya ditimpakan kepada dosen mata kuliah tertentu atau program studi tertentu pula. Setiap dosen memiliki kewajiban tidak hanya membentuk kompetensi di bidang penguasaan akademik maupun teknik, tetapi juga kepribadian (sikap, internalisasi nilai-nilai).
    d.      Dengan demikian, Pendidikan Karakter sebagai nama mata kuliah sendiri selain akan menyita beban SKS tersendiri, juga menjadi overlapping  dengan mata-mata kuliah serumpun yang sebenarnya dapat dioptimalkan kinerjanya untuk membentuk karakter lulusan yang diharapkan.

       3. Catatan Pengalaman
    1. Pembentukan karakter warga negara melalui sejumlah penataran (P4) di masa lampau oleh sebagian besar kalangan dianggap gagal, karena dalam prakteknya cenderung indoktrinatif, membangun “kesetiaan semu” untuk mendukung rejim kekuasaan yang ada, minimnya keteladanan, kurang membangun pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
    b.      Pendidikan karakter merupakan pendidikan sepanjang hayat, sehingga ada mata rantai mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah (kampus). Ada kesan bahwa pembentukan kepribadian semata-mata tanggung jawab lembaga pendidikan formal.
    c.       Sebagai arena pendidikan,  perguruan tinggi terkesan semata-mata membangun kompetensi akademik atau profesi semata, yang melulu menggiring calon lulusan kepada penguasaan pengetahuan dan/atau keahlian teknis yang spesifik, sehingga bagaimana pembentukan nilai/kepribadian  untuk proses penguasaan pengetahuan dan keahlian itu dicapai relatif sering diabaikan. Tidak jarang penilaian terhadap  Indeks Prestasi Akademik yang tinggi dari seorang lulusan, bukanlah satu jaminan bahwa individu tersebut menggambarkan kinerja yang sesungguhnya. Kejujuran ilmiah akan mempertanyakan praktik-praktik plagiasi karya ilmiah untuk pengerjaan tugas mata kuliah atau kecurangan mengerjakan soal-soal ujian semester (ngepek, mencontek), sebagai missal.

       4. Pendidikan Karakter di FISE UNY
    1. Pada Semester Gasal Tahun Akademik 2009/2010 FISE UNY memperkenalkan mata kuliah Pendidikan Karakter sebagai mata kuliah fakultas untuk setiap program studi di FISE UNY dengan bobot beban studi 2  SKS. Pendidikan Karakter secara efektif diberlakukan mulai Semester Gasal 2010/2011 di FISE UNY. Sosok Pendidikan Karakter kini diterjemahkan sebagai program Kurikuler wajib di seluruh program studi di FISE UNY.
    2. Tidak adil jika program akademik pendidikan karakter baru dijalankan, ternyata dihakimi dengan berbagai wacana dan komentar. Tetapi sangatlah berbahaya dan tidak produktif untuk pencapaian misi dan visi serta tujuan masing-masing program studi jika Pendidikan Karakter ini tidak disiapkan secara berkelanjutan sehingga tidak terjebak kepada aspek teknis instrumentalis, tetapi di masa depan agar diarahkan sebagai program aksi yang bersifat kurikuler.
    3. Pendidikan Karakter di setiap prodi telah memiliki standar minimum untuk tujuan, materi kajian, bahan pustaka/referensi, instrumen penilaian, dan tenaga pengajarnya dalam sebuah buku panduan yang dibuat oleh Tim di tingkat FISE. Asumsinya ialah bahwa pendidikan karakter ini baik tujuan, materi maupun instrumen penilaiannya agar tidak overlaping dan/atau merebut wilayah kajian mata kuliah lainnya baik yang serumpun yang ditawarkan di tingkat univesitas (seperti kelompok matakuliah pengembangan kepribadian maupun mata kuliah pembentukan kompetensi profesi) ataupun mata kuliah yang dikembangkan di program studi (seperti di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan).
    F. Penutup
    Sebagai ”proyek besar,” Pendidikan Karakter di FISE UNY perlu pendalaman dan penguatan untuk mencapai tujuan esensial dari pendidikan karakter itu sendiri. Sebagai salah satu pelaku dalam program pendidikan karakter di FISE UNY, pemakalah ini bersama anggota Tim Teaching (Dr. Marzuki) berusaha taat asas dengan pedoman dan silabus serta media pembelajaran pendidikan karakter yang disepakati Tim Pendidikan Karakter FISE UNY. Dalam praktek, ada  beberapa ”penyimpangan” oleh pemakalah ketika menyajikan program pendidikan karakter untuk menghindari semacam ”kejenuhan ritual-ritual” menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, atau pembelajaran nilai moral sebatas di ruang kelas atau sekadar pertunjukkan sekuel film atau iklan tentang perilaku baik dan tidak baik semata.
    Sampai sekarang belum jelas bagaimana tujuan pendidikan karakter di FISE UNY dapat dinilai berhasil dan efektif membentuk karakter ideal. Namun, dari pengamatan selama hampir satu semester kepada mahasiswa semester III FISE UNY, ada perilaku-perilaku yang diharapkan, telah muncul di antara para mahasiswa. Minimal, dalam hal berpakaian dan berinteraksi sudah menampakkan indikasi bahwa peserta Pendidikan Karakter mendekati indikator ”berkarakter baik.”
    Dengan demikian, perlu pendalaman konsep (secara filosofis ataupun teoritis) mengenai arti penting pendidikan karakter, serta metodologi dan instrumen efektivitas pendidikan karakter serta keberlanjutannya di masa depan. Minimal, pasca-pendidikan karakter para  peserta masih konsisten untuk berperilaku sebagaimana harapan dari kampus Cendekia, Bernurani dan Mandiri. Di sisi lain, Pendidikan Karakter diharapkan dapat menjadi  penguat kajian-kajian mata kuliah pengembangan kepribadian yang telah ada, sehingga harapan agar lulusan FISE UNY memiliki karakter yang baik betul-betul menjadi motivasi bagi tiap-tiap program studi untuk mengembangkannya sebagai indentias kepribadian mahasiswa dan alumninya. Dalam jangka panjang, perlu juga dipikirkan agar pendidikan karakter tidak lagi sebagai sebuah program kurikuler yang menjadi bagian SKS untuk syarat kelulusan sebagai seseorang yang telah menempuh Program Sarjana, tetapi pendidikan karakter sebagai program aksi yang dibangun melalui kultur karakter kampus yang sejalan dengan visi dan misi pendidikan di FISE UNY.


                                                                       Kampus Karangmalang, 14 Januari 2011



    Pengakuan
    Makalah ini merupakan perbaikan dari pengembangan gagasan-gagasan dan pengalaman pendidikan karakter sebagaimana telah disajikan dalam Lokakarya Pendidikan Karakter FISE UNY (Juli 2009) dan Seminar Nasional Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga (Oktober 2010).  Seluruh pertanggungjawaban materi makalah ini berada pada penulis.

    Daftar Bacaan
    Alberta Education. (2005). The Heart of Matter: Character and Citizenship Education in Alberta School. Alberta: Alberta Education, Learning and Teaching Resources Branching, Minister of Education
    Berkowitz, Marvin W. dan Bier, Mellinda C. (2005). What Works in Character Education: A Research-driven Guide for Educators. Washington: Character Education Partnership
    Character Education Partnership. (2003). Character Education Quality Standards. Washington: Character Education Partnership
    Cholisin. (2004). “Konsolidasi Demokrasi Melalui Pengembangan Karakter Kewarganegaraan,” Jurnal Civics, Vol. 1, No. 1, Juni, pp. 14-28
    Curriculum Corporation. (2003). The Values Education Study: Final Report. Victoria: Australian Government Dept. of Education, Science and Training.
    Halstead, J. Mark dan Taylor, Monica J. (2000). “Learning and Teaching about Values: A Review of Recent Research.” Cambridge Journal of Education. Vol. 30 No.2, pp. 169-202.
    Kerr, D. (1999). “Citizenship Education in the Curriculum: An International Review,” The School Field. Vol. 10, No. 3-4
    Kirschenbaum, Howard. (2000).”From Values Clarification to Character Education: A Personal Journey.” The Journal of Humanistic Counseling, Education and Development. Vol. 39, No. 1, September, pp. 4-20
    Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books
    Samsuri. (2004). “Civic  Virtues dalam Pendidikan Moral dan Kewarganegaraan di Indonesia Era Orde Baru”  Jurnal Civics, Vol. 1, No. 2,  Desember.
    Samsuri. (2007). “Civic Education Berbasis Pendidikan Moral di China.”  Acta Civicus, Vol. 1 No. 1, Oktober.
    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
    Williams, Mary M. (2000). “Models of Character Education: Perspectives and Developmental Issues.” The Journal of Humanistic Counseling, Education and Development. Vol. 39, No. 1, September, pp. 32-40





    Sumber http://www.teoripendidikan.com/

    Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

    MAKALAH PROFESIONALISME GURU DALAM TUGAS

    Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

    MAKALAHPROFESIONALISME GURU DALAM TUGAS   



    A. Latar Belakang

    Guru sebagai tenaga profesional merupakan tekad pemerintah dan semua pihak dalam upaya menigkatkan mutu pendidikan di Indonesia, agar nantinya mutu SDM Indoensia mampu berdiri sejajar dengan lain di dunia. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi untuk menghadapi tantangan sesui dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, da global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambunga.
    (Aang Kusmawan, 2009)      : Pengesahan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebatas pengabdian dengan jaminan kesejahteraan minim. Dengan keberadaan UU ini, guru adalah orang yang betul-betul profesional dengan jaminan kesejahteraan memadai. Ini merupakan era baru dalam dunia keguruan Indonesia.
    Dengan jaminan UU ini, terdekonstruksilah makna profesionalisme guru yang dulunya tidak diminati menjadi profesi yang paling diminati di antara profesi lainnya, seperti ditunjukkan dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas beberapa waktu lalu. Dari hasil jajak pendapat tersebut diketahui bahwa profesi guru menjadi profesi yang paling diminati di antara profesi lain, seperti dokter dan wartawan. Jangka waktu disahkannya Undang-Undang Guru dan Guru ini sangatlah lama. Dalam amatan penulis, secara sederhana kondisi ini telah menimbulkan beberapa masalah dalam dinamika kehidupan guru yang tampaknya masih terkandung sampai sekarang, termasuk ketika Undang-Undang Guru dan Guru telah disahkan pemerintah baru-baru ini. Masalah tersebut adalah masalah kultural/tradisi, moral, dan struktural. Lima tahun pascapengesahan Undang-Undang Guru dan Guru merupakan masa transisi menuju profesionalisme guru seutuhnya. Oleh karena itu, dalam konteks menuju profesionalisme guru seutuhnya tersebut, masalah-masalah di atas seyogianya diposisikan sebagai sebuah tantangan yang harus segera dijawab.
    Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, selayaknya pemerintah memfasilitasi terlaksananya pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan agar kompetensi guru sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
    Tujuan pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan memiliki tujuan memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kopetensi guru secar berkelanjutan untuk mencapai standar profesi guru yang dipersyaratkan agar sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


    B. Jabatan Guru Sebagai Profesi
    Umumnya siswa yang tergolong pintar dengan tingkat ekonomi orangtua yang lebih mapan memilih universitas non kependidikan yang berada di pulau Jawa. Pilihan mereka untuk kategori karir guru jatuh pada pilihan yang ke sekian. Maka akibatnya kualitas guru- guru secara umum cendrung biasa- biasa saja. Adalah suatu hikmah sejak lapangan kerja menjadi makin sulit dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi idaman bagi sebagian siswa di universitas, karena PNS sudah memberi iming- iming hidup enak, ada uang lauk- pauk dan uang TKD (Tunjangan Kesejahteraan Daerah) maka mereka yang belajar di Universitas non kependidikan memutar haluan untuk menyerbu program akta kependidikan agar nanti bisa melamar menjadi guru. Tentu saja hal ini menjadi hak pribadi setiap warga negara.
    Kini guru-guru harus memiliki paradigma, bagaimana menjadi guru bermartabat dan profesional. Paradigma ini bisa dicapai kalau mereka mengembangkan diri. Mereka, misalnya, harus berpikir untuk memiliki kecerdasan berganda, karena kecerdasan berganda juga patut untuk dimiliki oleh guru- guru.
    Adalah pilihan yang tidak bijak bila hanya anak didik saja yang diminta dan diusahakan untuk mengembangkan diri untuk memiliki kepintaran berganda. Sementara guru- gurunya dibiarkan saja memiliki kepintaran tunggal atau tidak pintar sama sekali sebagai seorang guru.
    Untuk mengimplementasikan konsep kepintaran berganda tersebut bagi diri sendiri maka setiap guru perlu untuk memiliki sense of art- rasa seni, mengembangkan kemampuan berbahasa lisan dan tulisan. Mereka perlu untuk melibatkan diri dalam pergaulan , memiliki teman yang luas, mengikuti organisasi, dan melakukan koresponden.
    Pengembangan kepintaran berganda lain nya adalah untuk bidang natural. Mereka harus memahami prinsip “go back to the nature” memiliki rasa peduli pada alam dan lingkungan. Mereka perlu untuk melakukan rekreasi dan merasakan betapa alam ciptaan Tuhan itu begitu indah dan menyegarkan. Kemudian setiap guru perlu untuk memiliki badan yang bugar, mereka perlu berolahraga untuk mengeluarkan keringat agar jantung dan paru- paru selalu sehat. Untuk melengkapi konsep kepintaran berganda untuk poin interpersonal yang lain, maka mereka perlu melakukan kontemplasi- merenungan tentang kelebihan dan kekurangan diri, dan mengembangkan sikap- sikap positif. Kemudian mereka juga perlu mengembamgkan kemampuan berlogika.
    Setelah memahami konsep kepintaran berganda, maka mereka juga perlu untuk mengembangkan karakter karakter positif- seperti karakter senang berfikir positif. Tokoh pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantoro, sudah mewarisi kita konsep untuk memiliki kepintaran berganda, resepnya cukup sederhada yaitu: ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo, tutwuri handayani. Kalau sekarang banyak ajakan datang agar guru perlu mengubah diri untuk menjadi guru yang bermartabat dan guru profesional, maka salah satu wujud untuk menjadi guru yang demikian adalah melalui konsep pengembangan diri menjadi kaum pendidik dengan kepintaran berganda


    C. Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah
    Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru tidak perlu lagi menjadi “pengkhutbah” yang terus berceramah dan menjejalkan bejibun teori kepada siswa didik. Sudah bukan zamannya lagi anak diperlakukan bagai “keranjang sampah” yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu. Peserta didik perlu diperlakukan secara utuh dan holistik sebagai manusia-manusia pembelajar yang akan menyerap pengalaman sebanyak-banyaknya melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Oleh karena itu, kelas perlu didesain sebagai “masyarakat mini” yang mampu memberikan gambaran bagaimana sang murid berinteraksi dengan sesamanya. Dengan kata lain, kelas harus mampu menjadi “magnet” yang mampu menyedot minat dan perhatian siswa didik untuk terus belajar, bukan seperti penjara yang mengkrangkeng kebebasan mereka untuk berpikir, berbicara, berpendapat, mengambil inisiatif, atau berinteraksi.
    Ketika sang guru masuk kelas dan menutup pintu, di situlah sang guru akan menjadi pusat perhatian berpasang-pasang mata siswa didiknya. Mulai model potongan rambut, busana yang dikenakan, hingga sepatu yang dipakai akan ditelanjangi habis oleh murid-muridnya. Belum lagi bagaimana gaya bicara sang guru, caranya berjalan, atau kedisiplinannya dalam mengajar. Di mata sang murid, guru seolah-olah diposisikan sebagai pribadi perfect yang nihil cacat dan cela. Itu juga makna yang tersirat dalam akronim “digugu lan ditiru” (dipercaya dan diteladani). Tidak heran kalau banyak kalangan yang berpendapat bahwa maraknya tindakan premanisme, korupsi, manipulasi, penyalahgunaan jabatan, pengingkaran makna sumpah pejabat, jual-beli ijazah, dan semacamnya, gurulah yang pertama kali dituding sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap maraknya berbagai ulah anomali sosial semacam itu.
    Lantas, bagaimana? Haruskah guru ikut-ikutan bersikap permisif dan membiarkan anak-anak larut dalam imaji amoral dan anomali sosial seperti yang mereka saksikan di tengah-tengah kehidupan masyarakat? Haruskah gambaran tentang citra koruptor dan pembalak hutan yang hidup bebas dan lolos dari jeratan hukum itu kita biarkan terus berkembang dalam imajinasi anak-anak bangsa negeri ini? Gampangnya kata, haruskah anak-anak kita biarkan bermimpi dan bercita-cita menjadi koruptor dan pembalak hutan?
    Kalau proses pembelajaran berlangsung monoton dan seadanya; guru cenderung bergaya indoktrinatif dan dogmatis seperti orang berkhotbah, upaya penyemaian nilai-nilai luhur hakiki saya kira akan sulit berlangsung dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Apalagi, kalau anak-anak hanya diperlakukan sebagai objek yang pasif, tidak diajak untuk berdialog dan berinteraksi. Maka, kegagalan penyemaian nilai-nilai luhur kepada siswa didik hanya tinggal menunggu waktu. Dalam konteks demikian, guru perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk mendesain proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru memiliki kebebasan untuk melakukannya di kelas. KTSP sangat leluasa memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya dalam kegiatan pembelajaran.
    Melalui kegiatan pembelajaran yang inovatif, atmosfer kelas tidak terpasung dalam suasana yang kaku dan monoton. Para siswa didik perlu lebih banyak diajak untuk berdiskusi, berinteraksi, dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan kaidah-kaidah keilmuan sendiri, bukan dengan cara dicekoki atau diceramahi. Para murid juga perlu dibiasakan untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi sosok yang cerdas dan kritis. Tentu saja, secara demokratis, tanpa melupakan kaidah-kaidah keilmuan, sang guru perlu memberikan penguatan-penguatan sehingga tidak terjadi salah konsep yang akan berbenturan dengan nilai-nilai kebenaran itu sendiri.
    Melalui suasana pembelajaran yang kondusif dengan memberikan kesempatan kepada siswa didik untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, guru akan lebih mudah dalam menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki. Dengan cara demikian, peran guru sebagai agen perubahan diharapkan bisa terimplementasikan dengan baik. Meskipun korupsi, manipulasi, dan berbagai jenis “penyakit sosial” menyebar dan meruyak di tengah-tengah kehidupan masyarakat, melalui proses rekonstruksi konsep yang dibangunnya, anak-anak bangsa negeri ini mudah-mudahan memiliki benteng moral yang tangguh dalam gendang nuraninya sehingga pantang untuk melakukan tindakan culas yang merugikan bangsa dan negara.

    D. Perubahan Pembelajaran
    1.   Guru : Upaya Mengelola Pembelajaran Berkualitas
    Sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi, Guru mempunyai tiga tugas utama yang sangat terkait satu dengan yang lain. Tugas pertama berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, tugas kedua penelitian, dan tugas ketiga pengabdian kepada masyarakat. Tampaknya, bagi sebagian besar Guru, tugas pertama merupakan tugas utama, meskipun tugas lain juga tidak dilupakan. Dari ketiga tugas tersebut, yang menjadi fokus pada pembahasan ini adalah tugas pertama, yaitu pendidikan dan pengajaran.

    Secara umum, masalah utama yang dihadapi Guru adalah:
    a. Guru yang belum siap menghadapi berbagai perubahan
    b. keterbatasan akses pada materi mutakhir
    c. keterbatasan wawasan dan keterampilan pembelajaran

    Untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik, Guru seyogyanya melakukan banyak hal seperti membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta menilai proses dan hasil belajar siswa. Sebagai persiapan mengajar Guru mungkin melakukan banyak hal, namun yang pasti Guru akan menyiapkan materi yang akan diajarkannya. Penyiapan materi yang dianggap penting, seperti buku teks dan bahan lain, dilakukan Guru secara rutin. Ketika sudah berada di dalam kelas, sebagian Guru akan langsung mengajar dengan gayanya masing-masing; ada yang menggunakan media dari yang seadanya sampai yang canggih, ada yang hanya mengandalkan kemampuan berbicara, serta masih ada yang mendiktekan catatan kuliah. Di samping itu perlu pula dicatat bahwa dalam pembelajaran tertentu sudah ada diskusi kelas atau diskusi kelompok yang intensif dan menantang serta dikelola dengan baik, atau demonstrasi suatu keterampilan. Tentu saja praktek seperti itu ditemukan di kelas-kelas yang dikelola oleh Guru yang punya kemampuan dan komitmen tinggi. Kenyataan ini menyiratkan bahwa dalam menjalankan tugasnya di bidang pendidikan dan pengajaran, di samping adanya Guru yang sudah mampu mengelola pembelajaran dengan baik, masih ada Guru yang mempunyai masalah.
    Dalam bidang penguasaan materi, tampaknya juga masih ada kendala, meskipun sudah banyak Guru yang sangat menguasai materi. Kendala utama terletak pada kurangnya Guru mengakses materi yang mutakhir, serta kurangnya Guru berbagi pengalaman dengan Guru bidang studi yang sama. Kekurangan itu mungkin terjadi karena terbatasnya kesempatan untuk melakukan hal tersebut atau memang kurangnya kemampuan dan kemauan Guru. Selanjutnya, adanya kelas besar, tidak memungkinkan Guru untuk mengenal siswa secara akrab, sehingga kadang-kadang Guru tidak peduli dengan kebutuhan dan minat siswa yang beragam. Kondisi ini diperparah lagi dengan masih miskinnya kemampuan sebagian Guru untuk merancang kegiatan yang mampu meningkatkan motivasi siswa. Berpangkal dari sinilah mungkin muncul pertanyaan besar: “ Why teachers keep teaching, while students stop learning?” Guru-Guru tertentu tidak menyadari bahwa siswa sudah bosan mendengarkan ceramah dan tidak menaruh perhatian lagi pada materi yang diceramahkan. Siswa sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di kelas, dengan perkataan lain “belajar” tidak terjadi lagi pada diri siswa, namun Guru seolah-olah tidak tahu.

    Selanjutnya, berbagai pengamatan lapangan menunjukkan bahwa perilaku mengajar sebagian Guru masih “tradisional”, yaitu lebih berfokus kepada mengajar daripada membelajarkan. Masih ada Guru yang menganggap bahwa ketika ia melakukan tugasnya di dalam kelas, ia harus menyajikan materi (umumnya dalam bentuk ceramah), dan tanpa itu, ia merasa belum mengajar. Mengajar masih diidentikkan dengan memberi informasi, sehingga yang terbentuk pada diri siswa adalah pengetahuan kognitif yang kedalamannya masih diragukan. Pencapaian tujuan jangka panjang yang dicanangkan seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bekerja sama, kemampuan mandiri, kebiasaan berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai kepatutan, hampir terabaikan. Dengan demikian, di beberapa kelas tradisi mengajar masih dominan, sehingga interaksi yang berlangsung di dalam kelas lebih bersifat satu arah. Sementara itu, fokus kemampuan yang dibentuk lebih ke arah kemampuan kognitif rendah, sehingga kegiatan pembelajaran lebih terkesan sebagai “content transmission” daripada pengkajian yang berfokus pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Potret mengajar masih kental, sedangkan kegiatan membelajarkan masih terasa sangat kurang. Masih miskinnya sebagian Guru dengan khasanah strategi pembelajaran yang mendidik,


    Kesimpulan

    Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.
    Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadukan dengan skil atau keahliannya.


    DAFTAR PUSTAKA

    Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.Pd, Modul Kuliah, Manajemen Pendidikan, Prodi MAP UHAMKA 2010

    http://mgmpbismp.co.cc/2009/04/20/inovasi-pembelajaran-dan-peran-guru-sebagai-agen-perubahan/

    Harian Kompas, Juli 2009 , (Aang Kusmawan, 2009)

    Sumber http://www.teoripendidikan.com/

    Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.