Saturday, 4 September 2010

Pergeseran Budaya Lebaran


by: Khoirul Taqwim

Zaman mulai terus berjalan seiring waktu yang terus berubah, sehingga mengakibatkan berbagai perubahan kebiasaan masyarakat kota, bahkan saat ini masyarakat desa juga mengalami pergeseran yang disebabkan arus globalisasi yang membentuk budaya masyarakat yang terus mengarah menuju perubahan, salah satu faktor utama disebabkan informasi dan komunikasi yang membentuk perubahan tersebut.

Menyimak budaya masyarakat yang terjadi di zaman buyut dan bapak ibu kita tentunya masih bisa menemui budaya lebaran yang alami (sesuai dengan kondisi waktu itu) dalam menyambut hari lebaran, karena belum terbentuk arus teknologi seperti saat ini yang terus mengembangkan sayap dalam kehidupan masyarakat secara luas, sehingga muncul perberbedaan sembilan puluh derajat dengan budaya sekarang ini yang penuh konsumerisme tinggi dan ketergantungan kita terhadap komunikasi dan informasi yang mengakibatkan munculnya perbedaan budaya yang mencolok antara masyarakat di waktu dahulu kala dan saat ini, yang menjadi pertanyaan besar adalah menuju kebudayaan yang progress atau malah terjebak dalam kebudayaan yang destruktif?…

Sebenarnya segala sesuatu ada manfa’atnya dan ada tidaknya tinggal bagaimana kita melihat sisi perubahan tersebut, sebab dengan adanya alat informasi dan komunikasi memudahkan kita terhubung agar lebih efesien dan efektif dalam menjalin hubungan, khususnya di waktu lebaran dalam bersilaturahmi antar keluarga yang jauh, dan teman yang jauh juga lebih cepat untuk meminta ma’af di saat lebaran datang, tetapi di satu sisi lain juga menghilangkan nilai religius kebersamaan apabila keluarga yang jaraknya dekat, tetapi hanya melalui sms atau media jejaring sosial, sehingga sudah dapat di pastikan nilai kedekatan yang dirasakan akan berbeda antara dunia nyata dengan dunia maya dalam menjalin silaturahmi.

Pergeseran budaya lebaran yang mencolok di sebabkan dengan adanya arus informasi dan komunikasi, sehingga membawa dampak yang besar terhadap perubahan dalam budaya masyarakat secar luas, sebab segala sesuatu membentuk budaya pragmatisme yang lebih mengarah menuju kemudahan, kalau zaman dahulu silaturahmi membentuk budaya dari pintu kepintu yaitu dengan cara datang ke rumah keluarga, teman dan tetangga, tetapi saat ini silaturahmi cukup duduk di depan computer (jaringan internet) semua sudah terhubung komunikasi, tinggal kita mengucapkan mohon ma’af lahir dan batin, ada yang lebih praktis lagi cukup lewat HP sms atau telepon, inilah bentuk budaya baru dalam menyambut lebaran yang merubah budaya zaman kakek-kakek kita dan juga bapak ibu kita dengan adanya revolusi informasi dan komuikasi, sehingga dengan adanya arus informasi dan globalisasi yang semakin deras inilah salah satu yang menyebabkan perubahan budaya lebaran, jadi perubahan cara silaturahmi saat ini mengarah keranah dunia maya dan dunia komunikasi yang lebih efesien dan praktis di banding zaman dahulu kala.

Lebaran merupakan bentuk temu silaturahmi antar keluarga, tetangga dan juga teman, tetapi saat ini ada sebagian masyarakat yang menyambut lebaran dengan bentuk berwisata (mencari hiburan di luar silaturahmi), biasanya ini di dominasi para kaum muda, bahkan muda-mudi sebagai bentuk budaya baru, sehingga sudah dapat dipastikan dalam menyambut lebaran biasanya masyarakat yang punya tipe ini berbondong-bondong memenuhi tempat pariwisata yang menyediakan hiburan, dari situlah terdapat pergeseran sebagian masyarakat dalam memaknai lebaran di satu sisi ada yang mencari hiburan sebagai bentuk budaya lebaran dan di sisi lain ada yang masih mempertahankan bentuk budaya silaturahmi, dan ada juga sebagian yang mengikuti budaya keduanya.

Kalau melihat dari uraian di atas yang menjadi pertanyaan terbesar dalam pergeseran budaya lebaran tersebut mengarah membentuk perubahan positif atau negatif? tentunya semua jawaban dikembalikan pada niat diri masing-masing, kalau kita melihat di sisi positifnya bahwa perubahan membentuk pola pikir yang cepat dan hemat energi, karena jarak yang jauh bukan menjadi penghalang untuk menjalin silaturahmi, tetapi kalau melihat sisi negatifnya akan dapat menghilangkan budaya sungkem (silaturahmi antar pintu kepintu), tentunya akan mejauhkan masyarakat dengan dunia nyata, tetapi lebih mengarah menuju dunia maya, sehingga mengurangi rasa hormat kepada yang lebih tua kalau di lihat budaya masyarakat yang masih berpegang budaya sungkem.

Sebelum mengakhiri tulisan sederhana ini, semoga saja pergeseran budaya mampu menjadi sebuah rekonstruksi budaya baru yang lebih memanusiakan manusia, bukan malah menjauhkan diri dari nilai-nilai manusia itu sendiri, kami hanyalah hamba yang penuh kekurangan Ilmu, dan segala yang ada di alam raya ini adalah milik Allah, dan Allah maha tahu, dan juga maha sempurna pengetahuanNYA.

Wednesday, 1 September 2010

Budaya Lebaran (hari raya Idul fitri)


by: Khoirul Taqwim

Sebentar lagi masyarakat akan di hadapakan lebaran atau disebut dengan hari raya idul fitri, dari peristiwa ini tentunya ada sebagian masyarakat yang sibuk berangkat mudik (pulang kampung), dari perantauan kota pulang kepelosok desa atau lebih tepatnya pulang ketanah kelahirannya, peristiwa ini merupakan budaya masyarakat yang menjadi trend tahunan, sehingga wajar di hari idul fitri ini semakin naik kebutuhan hidup masyarakat, karena budaya lebaran membentuk konsumerisme yang tinggi dalam kehidupan masyarakat desa maupun kota.

Sebelum lebih jauh lagi mengenai budaya lebaran coba pahami terlebih dahulu tentang pengertian hari raya idul fitri, kalau bahasa trend dalam kehidupan masyarakat tradisionalis adalah lebaran, sebenarnya hari raya idul fitri ini merupakan peristiwa tahunan yang tak dapat dipungkiri keberadaannya dan seluruh umat Islam di dunia ini akan segera merayakan hari raya idul fitri yang biasa dianggap hari kemenangan. dilihat dari sisi etimologis Idul fitri berasal dari kata ‘id yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, dari asal kata ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. sehingga hari raya Idulf fitri itu mempunyai makna kembali kepada fitrah (kesucian),

Hari raya idul fitri merupakan sesuatu yang bersifat kebiasaan (akan terulang dari tahun ketahun) dan perayaan lebaran jatuh pada tanggal 1 Syawal yang selalu dirayakan seluruh umat Islam di dunia, pada waktu kecil saya sering melihat budaya lebaran (idul fitri) yang paling menarik adalah budaya silaturahmi antar keluarga, tetangga dan teman, tetapi saat ini ada pergeseran budaya yang sebagian masyarakat, khususnya anak muda di waktu kebaran menghabiskan di tempat pariwisata atau bentuk hiburan lainnya, inilah suatu pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri.

Budaya yang menjadi kebiasaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat di hari lebaran yaitu kebiasaan hal yang baru, dari situ membentuk budaya konsumerisme tinggi dalam kehidupan masyarakat, sehingga kita sering melihat masyarakat berbondong-bondong beli baju baru, kerudung baru, celana baru atau bentuk yang sejenisnya yang bersifat baru, peristiwa ini merupakan kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga dapat dipastikan para pedagang banyak meraup untung di hari menjelang lebaran ini,

Budaya lebaran adalah pembaharuan atau bisa di sebut kembali kepada kesucian, sehingga di manfaatkan sebagian masyarakat untuk membeli sesuatu yang baru berupa materi yang di anggap perlu untuk menyambut lebaran, bahkan bagi masyarakat jawa dalam menyambut tamu dengan memberikan makanan ringan (jajanan) yang tersedia di kotak-kotak yang ada di ruang tamu dan juga memberikan minuman tea, kopi, sirup atau minuman yang lainnya, sebagai bentuk penyambutan tamu di waktu lebaran dalam budaya masyarakat setempat.

Berbicara tentang lebaran tentunya sesuatu yang punya karakter dan punya nilai lebih dalam hubungan sesama di banding hari-hari yang lain, karena di hari lebaran kita punya budaya saling mema'afkan satu sama lain, sebagai bentuk kebersamaan menuju penyucian diri setelah berpuasa selama bulan ramadhan. Ingat lebaran tentunya ingat kampung halaman bagi para perantau, jadi bersiap-siaplah pulang dengan energi secukupnya dan kebutuhan yang diperlukan untuk menyambut hari raya Idul fitri, dan yang pastinya jalan-jalan di waktu lebaran begitu ramai di penuhi para pemudik dan jangan lupa siapkan uang receh sebab biasanya kalau di kampung para pemudik yang pulang dari kerja akan memberikan uang receh itu untuk anak-anak kecil sebagai uang jajan dan sebagai bentuk hadiah tahunan di hari lebaran yang penuh istimewa bagi yang merasakan indahnya hari lebaran.

Berangkat dari tulisan di atas semoga saja budaya lebaran yang membentuk budaya baru materi fisik, dapat merambah membentuk jiwa kita yang baru, agar lebih baik lagi di banding sebelumnya, dan semoga kita juga dapat memperbarui pikiran yang lebih cerdas dalam menganalisa setiap menjawab persoalan kehidupan. Dan Allah penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan, tiada Tuhan selain Dia.