Saturday, 29 February 2020

4 Hal Penting Tentang Harga Saham

Pergerakan harga saham bisa tercermin dari grafik (chart) historis dan bid-offer yang terbentuk di hari tersebut. Jika anda trader saham yang mengandalkan pergerakan harga saham untuk trading, maka keputusan utama anda membeli saham adalah berdasarkan analisa chart & bid offer tersebut. 

Grafik saham

Bid offer saham
Sebenarnya pergerakan harga saham (yang tercermin dari grafik dan bid-offer harian) bisa mencerminkan beberapa hal penting. Ada 4 hal penting tentang pergerakan harga saham yang perlu anda ketahui:    

1. Fluktuatif harga 

Harga saham selalu naik dan turun (fluktuatif). Tetapi tingkat cepat lamanya fluktuatif setiap saham itu berbeda-beda. Ada saham yang fluktuatifnya sangat cepat. Ada saham yang fluktuatifnya sangat cepat. Ada saham yang fluktuatifnya sedang. Ada saham yang fluktuatifnya lambat, bahkan sangat lambat. 

Pada umumnya, semakin rendah likuiditas suatu saham, fluktuatif (naik-turunnya) harga saham akan SEMAKIN CEPAT. Saham2 yang likuiditasnya rendah, seringkali harga sahamnya punya nominal yang kecil (dibawa Rp500 per saham).

Sebaliknya, semakin likuid suatu saham (banyak peminatnya), fluktuatif harga saham akan SEMAKIN LAMA atau terbatas. 

Likuid tidaknya suatu saham bisa dilihat dari banyak sedikitnya jumlah saham beredar / kapitalisasi pasar. Baca juga: Jenis-jenis Saham Berdasarkan Kapitalisasi Pasar.  Selain itu, likuid tidaknya saham jugabisa anda lihat dari pergerakan dan antrian bid-offer hariannya.

Itulah mengapa ada saham-saham yang hanya naik-turun sekitar 1-3%. Tapi ada juga saham2 yang bisa naik-turun sampa 20% lebih dalam sehari. Hal ini karena fluktuatif harga saham berbeda-beda, tergantung dari likuiditas suatu saham. 

Untuk seorang trader saham, hal ini penting anda pahami sebagai dasar untuk memilih saham berdasarkan time frame dan strategi. Kalau anda ingin scalping trading (trading menitan), pilihlah saham2 yang mudah naik cepat dalam jangka waktu menitan.

Pilihlah saham2 yang likuiditasnya cenderung rendah, karena saham2 tersebut memiliki peluang naik cepat dalam jangka pendek. Kalau anda ingin melakukan swing atau intraday trading, pilihlah saham2 yang fluktuatifnya stabil dan usahakan untuk menghindari saham2 yang likuiditasnya rendah, karena semakin rendah likuiditas saham risikonya semakin tinggi. 

Saham2 yang likuiditas rendah dan fluktuatifnya tinggi, lebih cocok digunakan untuk scalping trading (hit and run, tidak hold saham terlalu lama).    
 

2. Kualitas saham 

Pergerakan harga saham sebenarnya sangat mencerminkan kualitas saham tersebut. Saham-saham yang kinerja fundamentalnya bagus dan mapan (misalnya saham blue chip), memiliki pergerakan harga saham yang bagus dan membentuk pola-pola pada grafiknya. 

Sehingga semakin baik kualitas saham, semakin mudah bagi anda untuk menganalisa dan mengambil keputusan trading / investasi. 


Perhatikan bahwa saham2 yang ramai peminat (likuid), harga sahamnya cenderung lebih stabil dan banyak diminati oleh investor. Sebaliknya, saham2 yang tidak likuid, bahkan nyaris tidak ada transaksi, umumnya saham2 tersebut juga memiliki kinerja fundamental yang tidak jelas (saham gorengan). 

Jika anda sangat memperhatikan kualitas saham (khususnya investor jangka panjang), maka pilihlah saham2 yang kinerjanya bagus dan saham2 yang mudah dianalisa support-resisten dan trennya secara teknikal. 

3. Peluang

Pergerakan harga saham mencerminkan peluang. Naik turunnya saham bisa menjadi peluang yang bisa anda ambil untuk meraup keuntungan dalam trading. 

Tetapi peluang setiap saham juga berbeda-beda tergantung dari faktor2 fluktuatif dan kualitas saham itu tadi. Semakin stabil dan bagus kualitas saham, peluang anda untuk menganalisa dan mendapatkan saham di harga bagus akan semakin besar, karena anda lebih mudah untuk menganalisis saham tersebut, demikian juga sebaliknya. 

4. Risiko saham 

Jangan lupa juga bahwa harga saham itu tidak akan lepas dari unsur risiko. Setiap saham memiliki risiko turunnya harga. Risiko setiap saham juga berbeda-beda. Ada saham yang yang risikonya rendah. Ada saham yang risikonya tinggi. Semakin tinggi fluktuatif suatu saham, maka risikonya juga semakin besar dan sebaliknya. 

Sebagai trader saham, anda harus bisa menilai bahwa saham2 yang naik-turunnya terjadi dalam waktu cepat, dan likuiditasnya sangat kecil, maka risiko saham tersebut tinggi. Kalau anda adalah tipikal trader konservatif, tentu saham2 tersebut sebaiknya dihindari. 

Empat hal penting tentang harga saham ini harus anda pahami, karena keempat hal inilah yang akan menjadi dasar, analisa / pertimbangan anda dalam memilih saham sesuai dengan strategi dan time frame trading anda. 

Friday, 28 February 2020

Analisa Market: Indeks Dow Jones, S&P500, Nasdaq

Di halaman Rekomendasi Saham, saya sering mengulas analisa dan pergerakan saham-saham yang potensial. Tapi disitu, saya juga sering menambahkan ulasan-ulasan tentang kondisi pasar saham Amerika Serikat (AS) terkini khususnya indeks Dow Jones, indeks SP500 dan indeks Nasdaq. 

Dari sinilah banyak rekan-rekan pembaca web Saham Gain bertanya: "Pak kenapa sering ulas Bursa saham AS juga? Pengaruhnya apa ke IHSG? Bukankah kita trading di pasar saham Indonesia, apakah Bursa saham AS juga bisa mempengaruhi IHSG?"

Memang pergerakan pasar saham AS (ketiga indeks itu tadi) tidak selalu berpengaruh terhadap IHSG. Tetapi ada momen dan saat-saat tertentu di mana anda harus memperhatikan pergerakan indeks2 tersebut, karena indeks AS juga bisa mempengaruhi pergerakan IHSG.. 

Dalam hal apa anda perlu memperhatikan pergerakan indeks Dow Jones, SP500, Nasdaq?

Ketika pasar saham sedang mengalami kondisi (strong) bearish, dan banyak sekali sentimen2 negatif di seluruh pasar saham dunia, maka untuk anda KHUSUSNYA PARA TRADER SAHAM yang ingin trading dan mengincar saham untuk jangka pendek, anda harus pertimbangkan kondisi market AS sebelum anda membeli saham di hari besoknya. 

Kondisi pasar saham yang buruk ini sudah terjadi beberapa kali di pasar saham Indonesia dan dunia, misalnya tahun 2008, 2015, awal 2020 (saat ada wabah virus Corona). 

Jadi katakanlah sekarang adalah hari Jumat pagi... Kemudian setelah kita cek closing price indeks Dow, SP500 dan Nasdaq semalam (Kamis malam waktu Indonesia) pada berguguran. 

Maka sebaiknya anda jangan trading saham walaupun sudah banyak saham yang turun, kecuali kalau anda ingin scalping trading dengan mengincar saham2 lapis tiga. Pelajari juga: Cara Trading Cepat 15 Menit - Scalping Trading. 

Menurut analisa yang sering saya amati, indeks saham AS bisa dikatakan turun tajam apabila penurunannya diatas 1% sehari (apalagi kalau ketiga indeks pada kompak turun). Jadi kalau sudah turun diatas 1%, apalagi sampai 2-3%, maka itu sudah pertanda kalau pembukaan IHSG bakalan ikutan drop. Contohnya seperti pergerakan 3 indeks berikut: 



Klik gambar untuk memperbesar

Ketika indeks Dow Jones jatuh sebesar 3,15%, diikuti Nasdaq -2,77% dan S&P500 -3,03%, maka IHSG paginya langsung dibuka turun 1% lebih dan masih berlanjut turun sekitar 2%. Padahal di hari2 sebelumnya, IHSG sudah turun dan banyak saham yang harganya di support. Tetapi karena ada sinyal indeks jatuh, maka hal ini turut mempengaruhi IHSG. 

Bayangkan kalau anda membeli saham di saat seperti itu, maka yang terjadi saham yang anda beli akan turun terus. Bukankah lebih baik wait and see ketika kita sudah melihat sinyal dari indeks AS yang pada berguguran?

Jadi itulah alasan mengapa anda perlu memperhatikan juga analisa indeks AS, terutama kalau kondisi market sedang acak adut.  

"Tapi Pak Heze, kenapa indeks AS turun kok bisa pengaruh ke IHSG? Kan market dan saham-sahamnya saja berbeda?" Tanya anda 

Ya ini sebenarnya lebih ke alasan psikologis saja sih. Karena bursa saham AS selalu menjadi indeks acuan, bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Jadi kalau indeks AS sedang jelek, hal ini bisa memicu reaksi pasar untuk menjual saham atau bahasa sahamnya adalah panic selling. 

Di satu sisi, kalau indeks AS jatuh sebanyak itu, pasti ada apa-apanya kan? Biasanya hal ini terjadi karena memang ada gejolak ekonomi sehingga membuat pasar saham jatuh.

Jadi sekali lagi, untuk anda trader saham, ketika market sedang dalam kondisi yang kurang baik dan anad ingin trading, sering2 juga perhatikan kondisi ketiga indeks tersebut (penutupan kemarin malam), untuk memutuskan apakah anda akan beli saham atau wait and see dulu. 

Mencari Data Aksi Korporasi Perusahaan

Aksi korporasi (corporate action) yang dilakukan perusahaan dapat memiliki pengaruh yang besar pada harga saham, sehingga aksi korporasi ini penting untuk anda cermati terutama kalau anda berniat mengincar saham2 yang dalam waktu dekat akan melakukan aksi korporasi. 

Historis aksi korporasi yang dilakukan emiten juga bisa anda jadikan sebagai analisa, untuk melihat apakah aksi korporasi perusahaan tertentu memiliki pengaruh yang signifikan ke harga saham atau tidak.  

Jika anda ingin menganalisis aksi korporasi dan pengaruhnya ke pergerakan saham jangka pendek - menengah, anda bisa mencari data historis aksi korporasi perusahaan. Yup, anda bisa mencarinya melalui situs IDX. Berikut langkah-langkah mencari data aksi korporasi perusahaan:  

1. Buka situs Idx.co.id --> Perusahaan Tercatat --> Aksi Korporasi 


Tampilan IDX seperti diatas dan untuk mencari aksi korporasi perusahaan, anda bisa ikuti langkah2 seperti pada gambar diatas. 

2. Cari aksi korporasi yang anda inginkan

Setelah anda klik Aksi Korporasi, akan muncul tampilan aksi korporasi berikut ini: 

Data aksi korporasi perusahaan
Pada situs IDX, anda bisa mencari kode / nama perusahaan. Jadi jika ingin mencari perusahaan spesifik yang melakukan aksi korporasi, anda bisa langsung ketikkan nama perusahaan yang anda cari. 

Anda juga bisa memilih 'Tipe Aksi'. Anda bisa mencari jenis aksi korporasi yang ingin anda cari. Misalnya perusahaan2 yang melakukan stock split, atau right issue, atau waran dan lain-lain. 

Setelah itu, anda juga bisa melakukan pilihan tanggal aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya rentang 1 tahun (tanda kuning). 

Disini saya coba mencari perusahaan2 apa saja yang melakukan aksi korporasi stock split mulai periode Januari 2019 - Februari 2020, dan akhirnya didapatkanlah data-data perusahaan2 apa saja yang melakukan stock split seperti berikut ini:  


Perhatikan tanda persegi hijau diatas. Itulah perusahaan2 yang melakukan aksi korporasi stock split selama periode Januari 2019 - Februari 2020. 

Jadi kalau anda sedang mencari aksi korporasi entah untuk kepentingan analisa saham, atau untuk analisa-analisa yang lain, itulah cara mencari data aksi korporasi perusahaan. Anda bisa cari dan dapatkan datanya melalui situs IDX, dengan langkah2 diatas.

Saya pribadi biasanya mencari data historis aksi korporasi untuk melihat pengaruh aksi korporasi tertentu dalam jangka pendek - menengah terhadap naik turunnya suatu saham (bisa kita lihat tanggal aksi korporasi, lalu kita analisa chartnya sendiri untuk melihat kecenderungan trennya pasca aksi korporasi). 

Cara ini cukup bagus agar anda bias mendapatkan gambaran kecenderungan tren saham ketika melakukan aksi korporasi, sehingga bisa menjadi dasar analisa anda untuk memutuskan apakah aksi korporasi tertentu bisa anda jadikan keputusan akumulasi saham atau wait and see dulu. 

Thursday, 27 February 2020

Strategi Portofolio Aktif dan Pasif - Bagian II

Di pos sebelumnya yang sudah kita bahas bersama disini: Strategi Portofolio Aktif dan Pasif - Bagian I, kita sudah membahas mengenai strategi portofolio aktif dan strategi portofolio secara umum. 

Seperti yang kita bahas, bahwa portofolio saham itu merupakan kombinasi beberapa saham, di mana portofolio bisa dibagi menjadi portofolio diversifikasi dan portofolio konsentrasi. Selain itu, portofolio investasi dibagi menjadi strategi portofolio aktif dan portofolio pasif. 

Di bagian II tulisan ini, kita akan membahas lebih detail mengenai strategi portofolio pasif dan penerapannya di dalam investasi saham. 

JENIS STRATEGI PORTOFOLIO PASIF 

Ada dua cara atau jenis yang digunakan ketika menggunakan strategi portofolio pasif, yaitu beli dan simpan saham (buy and hold) dan mengikuti indeks saham / sektor (Indexing alias trend following). Berikut penjelasannya:  

1. Beli dan simpan (buy and hold)

Strategi ini dilakukan dengan cara menganalisa saham-saham perusahaan secara detail berdasarkan kinerja fundamental & laporan keuangannya. Setelah itu, investor akan memilih saham2 yang bagus yang dianggap mampu mencetak return / profit maksimal. 

Setelah itu, investor akan menyimpan (hold) saham tersebut dan tidak menjualnya dalam jangka waktu tertentu. Sesuai dengan namanya, strategi ini dinamakan dengan beli dan simpan. Investor tidak banyak memantau pergerakan harga saham  (pasif). 

2. Mengikuti indeks (indexing) 

Strategi ini dilakukan dengan cara mengikuti pergerakan indeks, yaitu investor melakukan diversifikasi modal ke beberapa saham di satu indeks saham tertentu. Harapannya, invetor mendapatkan return yang kurang lebih sama dengan return indeks yang bersangkutan. 

Sebagai contoh, investor membeli beberapa saham yang tergabung dalam indeks LQ45, dengan tujuan mendapatkan return ekspektasi yang kurang lebih sama dengan indeks LQ45 tersebut. 

KELEBIHAN & KEKURANGAN STRATEGI PORTOFOLIO PASIF 

Sesuai namanya, strategi portofolio pasif berarti investor pasif alias tidak banyak melakukan aktivitas jual beli saham. Namunbukan berarti investor tidak mengamati, menganalisa atau mengabaikan informasi2 penting yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di portofolio investor. 

Analisa dan pengetahuan market tetaplah menjadi hal utama yang dibutuhkan oleh investor yang menjalankan strategi pasif untuk bisa memilih saham2 yang berkualitas. 

Banyak pertentangan bahwa strategi portofolio pasif cocok untuk investor yang tidak memiliki banyak waktu memantau saham. Di satu sisi, perdebatan lain mengatakan bahwa strategi pasif membuat investor sering ketinggalan informasi2 relevan di pasar saham. 

Oleh karena itu, anda perlu memahami kelebihan maupun kekurangan yang ada pada penerapan strategi portofolio pasif. Sekarang, mari kita bahas. 

Kelebihan Strategi Portofolio Pasif   

Investor tidak perlu melakukan banyak eksekusi beli jual dalam investasi. Hal ini dapat meminimalkan bias dalam analisis dan mengambil keputusan invetasi. Karena investor tidak mudah  terpengaruh oleh isu-isu (yang bisa menyebabkan bias) di dalam analisis saham. 

Investor melakukan aksi / eksekusi jika target-target investor telah tercapai atau adanya kejadian yang menyebabkan anomali harga saham. Anomali bisa terjadi dalam dua hal, yaitu yang menyebabkan harga saham naik atau turun secara signifikan. 

Kekurangan Strategi Portofolio Pasif 

Strategi portofolio pasif akan memberikan return realisasi kurang lebih sama dengan return pasar. Hal ini karena pada strategi portofolio pasif investor memprioritaskan untuk memilih saham berdasarkan pergerakan indeks saham tertentu. 

Sehingga dengan strategi tersebut, investor juga berpotensi kehilangan momen-momen yang bagus untuk mendapatkan abnormal return positif pada saat terjadi kenaikan harga saham yang cukup tinggi ketika ada sentimen2 positif di pasar saham. 

Hal ini kebalikan dari strategi portofolio aktif, di mana investor akan lebih aktif memilih saham-saham yang bisa memberikan potensi return yang maksimal, diatas return pasar. 

Itulah strategi portofolio pasif yang sudah kita bahas bersama di bagian II tulisan ini. Semoga bermanfaat untuk anda dapat anda jadikan sebagai referensi. 

Wednesday, 26 February 2020

Strategi Portofolio Aktif dan Pasif - Bagian I

Di dalam dunia investasi, istilah terdapat istilah strategi portofolio. Strategi portofolio adalah instrumen investasi tertentu yang anda miliki dengan tujuan mendapatkan profit. 

Teori portofolio pertama kali dibahas oleh Harry M. Markowitz (1972) dalam model investasinya yang dikenal sebagai Model Markowitz. Teori ini dibentuk dengan tujuan menghasilkan portofolio optimal yang mampu memberikan return ekspektasi maksimal dengan tingkat risiko tertentu.  

Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Markowitz  bisa diterapkan dalam banyak instrumen investasi, termasuk instrumen investasi saham.

Portofolio saham adalah beberapa kombinasi jenis saham yang dimiliki oleh seorang trader / investor. Menurut komposisi saham, portofolio saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Portofolio konsentrasi dan portofolio diversifikasi

PORTOFOLIO SAHAM KONSENTRASI 

Portofolio konsentrasi merupakan strategi membeli saham dengan cara meng-konsentrasikan saham-saham di sektor yang sama yang memiliki karakteristik pergerakan harga saham yang serupa.

Contoh portofolio konsentrasi misalnya, anda membeli saham-saham yang terdiri dari PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood CBP Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Maka hal ini disebut sebagai portofolio konsentrasi karena anda membeli saham-saham di sektor usaha yang sama (sektor consumer goods). 

PORTOFOLIO SAHAM DIVERSIFIKASI 

Portofolio diversifikasi terdiri dari pembelian saham dengan komposisi yang beragam (differ) dan umunya terdiri dari saham-saham dari sektor yang berbeda dan tidak berpengaruh satu sama lain. 

Contoh portofolio diversifikasi: Anda membeli saham PT Unilever Indonesia Tbk (sektor consumer goods), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (sektor perbankan), dan PT Indika Energy Tbk (sektor pertambangan). 

Tiga saham tersebut berasal dari tiga sektor yang berbeda, yaitu sektor consumer good, sektor perbankan dan sektor pertambangan yang secara umum tidak memiliki korelasi antar sektor (berkorelasi negatif) dan ketiga sektor tersebut tidak saling mempengaruhi satu sama lain.  

Kelebihan portofolio saham diversifikasi, jika salah satu sektor saham mengalami penurunan, diharapkan saham-saham di sektor lain bisa mengalami kenaikan, sehingga dapat menjadi penyeimbang dalam portofolio saham. 

Di dalam menyusun portofolio saham, ada dua strategi yang umum digunakan yaitu: STRATEGI PORTOFOLIO AKTIF dan STRATEGI PORTOFOLIO PASIF

Strategi Portofolio Aktif 

Strategi portofolio aktif, berarti pelaku pasar saham secara aktif memilih saham berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dan menganalisa pergerakan harga saham yang sedang berlangsung. Seseorang yang menggunakan strategi ini, biasanya lebih aktif dalam melakukan beli-jual saham alias transaksi / berdagang saham. 

Strategi aktif bertujuan untuk memperoleh return ekspektasi diatas rata-rata pengembalian pasar (abnormal return). Di dalam strategi aktif, ada tiga cara yang dipakai: Pemilihan saham, momentum harga saham dan rotasi sektor saham. 

Strategi Portofolio Pasif 

Sebaliknya, pada strategi pasif investor akan lebih pasif dalam melakukan beli-jual saham. Walaupun demikian, investor tetap menggunakan informasi dan analisa-analisa yang dapat membuat mereka bisa mengambil keputusan beli saham. 

Pada strategi ini, investor lebih melakukan analisa detail pada kinerja keuangan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan & harga saham sebelum saham tersebut dibeli. Pada strategi pasif, investor akan lebih melihat kinerja fundamental dan keuangan perusahaan. 

Selebihnya, investor tidak banyak memantau pergerakan harga saham yang sudah dibeli. Hal ini karena strategi portofolio pasif lebih mendasarkan pergerakan pasar saham pergerakan indeks pasar dan fundamental perusahaan yang bersangkutan. 

Ada dua strategi yang dilakukan pada strategi pasif yaitu strategi beli & simpan (buy and hold) dan mengikuti tren indeks (indexing atau follow the trend). 

JENIS-JENIS STRATEGI PORTOFOLIO AKTIF 

Tadi sudah kita bahas 3 cara yang digunakan dalam strategi portofolio aktif: Pemilihan saham, momentum harga dan rotasi sektor. Sekarang kita bahas ketiganya. 

1. Pemilihan saham

Investor saham aktif menganalisis dan memilih saham yang dapat memberikan risk & return terbaik dibandingkan alternatif yang lain. Pemilihan saham ini didasarkan analisis fundamental untuk melihat saham2 yang prospek berdasarkan kinerjanya. 

Di satu sisi, investor juga memilih saham2 yang undervalued (murah). Analisa saham undervalued bisa dilihat melalui PER dan PBV. Silahkan pelajari disini: 

Analisis Fundamental: Price Earning Ratio (PER)
Analisis Fundamental: Price to Book Value (PBV)

2. Momentum harga 

Ada saat-saat tertentu di mana harga saham dapat mencerminkan kinerja perusahaan. dan biasanya terjadi ketika pasar saham sedang bullish, perusahaan mencetak kinerja yang bagus saat pengumuman laporan keuangan. 

Inilah yang dinamakan dengan momentum harga dan momentum inilah yang dimanfaatkan oleh investor untuk meraup profit dari strategi investasi di portofolionya.

3. Rotasi sektor 

Ada dua pendekatan dalam strategi rotasi sektor yaitu konsentrasi dan diversifikasi. Strategi konsentrasi: Strategi investasi pada saham2 yang bergerak di sektor yang sama. 

Strategi diversifikasi: Strategi investasi dengan melakukan modifikasi bobot portofolio pada saham2 di sektor industri berbeda guna mengantisipasi perubahan siklus ekonomi dan pertumbuhan nilai saham perusahaan. 

KELEBIHAN & KEKURANGAN STRATEGI PORTOFOLIO AKTIF 

Kelebihan strategi portofolio aktif

Pada strategi ini, investor harus selalu update analisa-analisa berdasarkan informasi dan data fundamental terbaru. Hal ini membuat keputusan investasi dapat lebih sesuai dengan tren pasar saham yang berlangsung saat itu (Keputusan investasi lebih update dan relevan).

Dengan cara seperti ini, investor akan lebih cermat dan teliti untuk menemukan momentum yang bagus untuk membeli dan menjual saham, sehingga bisa memperoleh return yang maksimal. 


Kekurangan strategi portofolio pasif

Kelemahannya, investor juga bisa berpotensi bias dalam mengambil keputusan investasi, karena ada banyak informasi yang harus disaring dan diupdate dalam analisa pribadinya. Hal ini pada akhirnya juga bisa meningkatkan risiko dalam berinvestasi. 

Strategi aktif juga dapat menimbulkan tingginya fee transaksi saham yang harus dibayar investor jika diaplikasikan pada trader jangka pendek, karena strategi aktif mengharuskan anda untuk lebih sering menganalisa dan memantau market. 

Di tulisan ini tentang 'Strategi Portofolio Aktif dan Pasif ' kita sudah mempelajari tentang strategi portofolio saham dan strategi portofolio aktif. 

Sekarang kita akan masuk ke penjelasan lebih lengkap mengenai strategi portofolio pasif. Anda bisa baca dan pelajari di bagian II tulisan ini disini: Strategi Portofolio Aktif dan Pasif - Bagian II. 

Saham Paling Aman untuk Dibeli

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan pertanyaan dari salah satu rekan pembaca web Saham Gain ini. Pertanyaannya sebagai berikut: "Pak Heze saham apa yang paling aman untuk dibeli? Saya ingin beli saham yang pasti dan menghindari fluktuatif harga yang terlalu tinggi. Terima kasih atas jawabannya." 

Jawaban saya: Tidak ada saham yang sangat aman, apalagi saham yang bebas risiko. 

"Tapi Pak, bukannya ada saham blue chip yang harganya stabil dan kinerja fundamentalnya bagus? Bukankah saham-saham tersebut sangat aman untuk dibeli?" Timpal anda.

Anggapan saham blue chip, saham-saham consumer goods adalah saham yang aman menurut saya pribadi kurang tepat. Saya setuju bahwa saham-saham yang kinerjanya bagus, saham2 yang produknya selalu dibutuhkan masyarakat itu merupakan saham yang cenderung aman, akan tetapi tidak ada saham yang terlalu aman. 

Hal ini karena semua saham itu mengalami fluktuatif harga, tidak peduli saham blue chip atau bukan. Ada banyak penyebab mengapa harga saham turun. Beberapa penyebab utama karena sahamnya memang sudah naik tinggi. Kedua, sentimen negatif market yang menyebabkan banyak saham turun terus. Baca juga: 2 Penyebab IHSG Turun. 

Artinya, kalau anda membeli saham di harga yang sudah terlalu tinggi (momentum dan analisa tidak tepat), atau anda membeli saham saat kondisi IHSG sedang amburadul, maka sangat mungkin saham yang anda beli harganya turun. 

Nah, kalau anda ingin mencari saham yang cenderung lebih aman, dalam arti anda ingin membeli saham dengan tetap meminimalkan  risiko fluktuatif dan turunnya harga saham yang terlalu tinggi, maka pilihlah: 

1. Saham-saham yang likuid 

Saham yang likuid (dan lebih baik didukung dengan kinerja fundamental yang bagus), adalah saham2 yang cenderung lebih aman untuk dibeli. Karena saham yang likuid memiliki banyak peminat (trader), sehingga ketika harganya turun, saham tersebut akan lebih mudah untuk rebound. Selain itu, saham likuid memiliki pola2 yang lebih mudah dianalisa.

Contoh2 saham likuid bisa anda lihat pada saham2 di indeks LQ45 dan indeks IDX80. Sebagai trader saham, hal ini sudah saya alami secara pribadi, di mana saham2 likuid lebih aman dibandingkan membeli saham2 yang pergerakannya tidak pasti dan trennya acak-acakan. 

Pelajari juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

2. Saham yang bagus secara teknikal 

Membeli saham yang likuid saja tentu tidak cukup. Anda harus lakukan analisa juga sebelum membeli saham. Kalau anda ingin trading, anda harus mencari saham2 yang bagus secara analisis teknikal. 

Karena tidak ada saham yang kebal koreksi, tidak ada saham yang anti turun. Dengan analisis teknikal, anda bisa melihat saham-saham yang punya pola bagus untuk dibeli, dan melihat saham2 yang pergerakannya berisiko, sehingga anda bisa memilah saham mana yang cenderung menguntungkan untuk trading, dan saham2 yang berisiko serta harus dihindari. 

Pelajari juga:  Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal. 

3. Saham-saham yang kinerjanya bagus, dengan time frame jangka panjang

Jika tujuan anda beli saham untuk menghindari fluktuatif, maka ada baiknya anda menjadi INVESTOR SAHAM JANGKA PANJANG, dengan cara memilih saham-saham yang fundamentalnya bagus, contohnya adalah saham2 blue chip. Baca juga: Belajar Analisis Fundamental Saham. 

Dalam jangka pendek, saham2 pasti akan fluktuatif dan sangat mungkin suatu saham harganya turun drastis entah karena koreksi atau sentimen market saat itu. Namun, perusahaan yang memiliki kinerja bagus, sahamnya akan naik dalam jangka panjang (diatas 1 tahun). 

Jadi mulai sekarang jangan beranggapan bahwa dengan membeli saham-saham tertentu (yang kata Si A, kata SI B bagus), saham anda bakalan 100% aman tidak ada rugi dan pasti untung terus. 

Seperti saya jelaskan diatas bahwa tidak ada saham yang bebas risiko. Kalau anda membeli saham asal-asalan, membeli saham hanya karena perusahaanya terkenal tanpa melakukan analisis teknikal atau fundamental, tidak melakukan analisa market, maka sangat mungkin saham yang anda beli turun. 

Kalau anda melakukan hal tersebut (beli saham tanpa analisa), hal ini tidak lebih dari sekedar gambling / judi, yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian dan risiko lebih besar. 

Itulah mengapa sebelum terjun ke pasar saham, setiap dari anda harus memiliki bekal pengetahuan terlebih dahulu, yaitu pelajari dan pahami praktik2 analisis teknikal, analisis fundamental, bandarmologi (tambahan) dan ulasan market / IHSG yang bisa mempengaruhi saham. 

Jika anda sudah memiliki pengetahuan yang benar, anda akan lebih mudah untuk mencari saham paling aman untuk dibeli berdasarkan screening dan analisa pribadi. 

Tuesday, 25 February 2020

4 Momen yang Bagus untuk Beli Saham

Pada saat anda memutuskan untuk membeli saham, anda harus bisa melakukan kombinasi analisa teknikal dengan momen yang bagus. Di web Saham Gain ini, saya juga sudah beberapa kali menuliskan bahwa momentum dalam trading itu sangatlah diperlukan, supaya anda tidak mudah terjebak membeli saham di saat yang salah. 

Seperti apa momen yang bagus untuk membeli saham itu? Berdasarkan pengalaman trading yang saya jalankan, terdapat empat momen bagus yang bisa anda manfaatkan untuk membeli saham:  

1. Saat harga saham sedang diskon atau murah

Ketika anda menemukan banyak saham (terutama saham-saham pilihan anda) yang sedang diskon atau murah, maka itulah momen yang bagus untuk anda membeli saham. Jangan menyia-nyiakan momen ini. 

Konsep dasar trading yang harus anda pahami adalah: Beli saat mau naik dan jual saat mau turun. Ini artinya ketik harga saham sudah diskon, saham tersebut sesungguhnya sudah menunjukkan potensi akan naik. 

Ibarat ketika supermarket memberikan harga diskon di momen tertentu, supermarket tersebut pasti akan lebih ramai, dan orang akan membeli lebih banyak barang. Hal ini juga berlaku di pasar saham. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Contoh Saham ASII. Ketika turun, harganya akan naik lagi. 

Karena strategi ini terbukti sangat efektif untuk mendapatkan profit, saya menuliskan praktik-praktik tentang menemukan saham-saham yang diskon secara analisis teknikal, dan memiliki potensi naik. Anda bisa baca disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon. Praktik ini bisa anda terapkan untuk pemula sampai expert. 

Hal ini karena saham yang turun dan kelihatannya murah, bisa saja saham tersebut masih turun. Maka dari itu anda harus bisa membedakan saham2 yang murah secara teknikal dan tidak. Selain itu, anda harus bisa mencari saham2 murah yang tepat untuk ditradingkan. 

2. Saat saham breakout 

Pada saat harga saham sudah breakout dari tren turun (downtrend), maka itu adalah salah satu momen yang bagus untuk membeli saham. Kalau suatu saham breakout didukung kondisi IHSG yang bagus, maka saham tersebut biasanya akan mampu naik lebih lama. 

Selain itu, saham2 yang punya likuiditas bagus (banyak buyer dan sellernya), umumnya saham tersebut memiliki peluang naik lebih lama setelah breakout, walaupun di dalam tren breakoutnya, suatu saham pasti juga mengalami fluktuatif. Saya pernah menuliskan sedikit strategi membeli saham breakout disini: Strategi Trading Saham: Buy on Breakout. 

3. Saat IHSG sedang koreksi 

Pada saat IHSG sedang koreksi, umumnya mayoritas saham juga akan mengalami koreksi. Anda harus bisa memanfaatkan momen koreksi IHSG ini untuk membeli lebih banyak saham. Jadi kombinasi menemukan saham yang murah dan melihat momentum IHSG ini merupakan momen yang bagus untuk membeli saham. Baca juga: Makna Dari: "Be Fearful When Others Greedy dan Greedy When Others Are Fearful" - Part II

4. Saat IHSG sedang bagus 

IHSG sedang bagus yang saya maksud adalah ketika IHSG sedang bergerak stabil (tidak downtrend), atau IHSG sedang banyak sentimen2 positif, dan pasar saham lebih ramai dibandingkan biasanya. 

Contohnya? Salah satunya anda masih ingat ketika Tax Amnesty tahun 2016 lagi gencar dijalankan, saat itu pasar saham kita cenderung ramai, stabil dan banyak saham2 yang mulai naik. Momen seperti ini bagus untuk membeli dan menyimpan saham. 

Itulah empat momen yang bagus untuk trading. Artinya kalau anda menemukan momen2 seperti ini, plus anda sudah memiliki pilihan2 saham apa yang mau anda beli, jangan ragu untuk membeli saham. 

Sayangnya banyak trader yang terbalik menerapkan konsep trading ini. Banyak trader yang takut membeli saham saat momennya bagus, dan justru nekad beli saham saat saham2 sudah overvalue atau membeli saham saat market masih lesu. 

4 Momen yang Bagus untuk Beli Saham

Pada saat anda memutuskan untuk membeli saham, anda harus bisa melakukan kombinasi analisa teknikal dengan momen yang bagus. Di web Saham Gain ini, saya juga sudah beberapa kali menuliskan bahwa momentum dalam trading itu sangatlah diperlukan, supaya anda tidak mudah terjebak membeli saham di saat yang salah. 

Seperti apa momen yang bagus untuk membeli saham itu? Berdasarkan pengalaman trading yang saya jalankan, terdapat empat momen bagus yang bisa anda manfaatkan untuk membeli saham:  

1. Saat harga saham sedang diskon atau murah

Ketika anda menemukan banyak saham (terutama saham-saham pilihan anda) yang sedang diskon atau murah, maka itulah momen yang bagus untuk anda membeli saham. Jangan menyia-nyiakan momen ini. 

Konsep dasar trading yang harus anda pahami adalah: Beli saat mau naik dan jual saat mau turun. Ini artinya ketik harga saham sudah diskon, saham tersebut sesungguhnya sudah menunjukkan potensi akan naik. 

Ibarat ketika supermarket memberikan harga diskon di momen tertentu, supermarket tersebut pasti akan lebih ramai, dan orang akan membeli lebih banyak barang. Hal ini juga berlaku di pasar saham. Baca juga: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun. 

Contoh Saham ASII. Ketika turun, harganya akan naik lagi. 

Karena strategi ini terbukti sangat efektif untuk mendapatkan profit, saya menuliskan praktik-praktik tentang menemukan saham-saham yang diskon secara analisis teknikal, dan memiliki potensi naik. Anda bisa baca disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon. Praktik ini bisa anda terapkan untuk pemula sampai expert. 

Hal ini karena saham yang turun dan kelihatannya murah, bisa saja saham tersebut masih turun. Maka dari itu anda harus bisa membedakan saham2 yang murah secara teknikal dan tidak. Selain itu, anda harus bisa mencari saham2 murah yang tepat untuk ditradingkan. 

2. Saat saham breakout 

Pada saat harga saham sudah breakout dari tren turun (downtrend), maka itu adalah salah satu momen yang bagus untuk membeli saham. Kalau suatu saham breakout didukung kondisi IHSG yang bagus, maka saham tersebut biasanya akan mampu naik lebih lama. 

Selain itu, saham2 yang punya likuiditas bagus (banyak buyer dan sellernya), umumnya saham tersebut memiliki peluang naik lebih lama setelah breakout, walaupun di dalam tren breakoutnya, suatu saham pasti juga mengalami fluktuatif. Saya pernah menuliskan sedikit strategi membeli saham breakout disini: Strategi Trading Saham: Buy on Breakout. 

3. Saat IHSG sedang koreksi 

Pada saat IHSG sedang koreksi, umumnya mayoritas saham juga akan mengalami koreksi. Anda harus bisa memanfaatkan momen koreksi IHSG ini untuk membeli lebih banyak saham. Jadi kombinasi menemukan saham yang murah dan melihat momentum IHSG ini merupakan momen yang bagus untuk membeli saham. Baca juga: Makna Dari: "Be Fearful When Others Greedy dan Greedy When Others Are Fearful" - Part II

4. Saat IHSG sedang bagus 

IHSG sedang bagus yang saya maksud adalah ketika IHSG sedang bergerak stabil (tidak downtrend), atau IHSG sedang banyak sentimen2 positif, dan pasar saham lebih ramai dibandingkan biasanya. 

Contohnya? Salah satunya anda masih ingat ketika Tax Amnesty tahun 2016 lagi gencar dijalankan, saat itu pasar saham kita cenderung ramai, stabil dan banyak saham2 yang mulai naik. Momen seperti ini bagus untuk membeli dan menyimpan saham. 

Itulah empat momen yang bagus untuk trading. Artinya kalau anda menemukan momen2 seperti ini, plus anda sudah memiliki pilihan2 saham apa yang mau anda beli, jangan ragu untuk membeli saham. 

Sayangnya banyak trader yang terbalik menerapkan konsep trading ini. Banyak trader yang takut membeli saham saat momennya bagus, dan justru nekad beli saham saat saham2 sudah overvalue atau membeli saham saat market masih lesu. 

Kontak



Coming Soon


Monday, 24 February 2020

Analisis Saham: Dead Cat Bounce Trading

Pernahkah anda mendengar istilah DEAD CAT BOUNCE? Istilah ini seringkali digunakan di dalam dunia trading saham khususnya ketika kita membahas analisis teknikal. Jadi, apa maksudnya dead cat bounce itu?

Kalau diterjemahkan secara per kata dead = mati, cat = kucing, bounce = lompatan / pantulan. Di dalam trading saham, istilah dead cat bounce artinya kenaikan harga saham yang bersifat sementara alias 'kenaikan tipuan'. 

Jadi saham hanya naik sebentar lalu membentuk tren turun lagi. Tentu saja hal ini bisa menipu trader. Kebanyakan trader yang melihat saham naik (padahal pasar saham masih bearish), trader mulai berburu sahamnya dalam jumlah, padahal kenaikannya hanya sesaat saja. Tidak lama kemudian saham tersebut balik turun lagi. 

Sebenarnya istilah dead car bounce ini mirip dengan technical rebound (TR). TR adalah kenaikan saham yang terjadi sementara setelah turun. Kalau anda ingin baca lebih lanjut tentang TR, anda bisa baca disini: Technical Rebound Saham. 

Dead cat bounce
Tapi dead cat bounce boleh saya katakan lebih buruk dari TR, karena jangka waktu dead cat bounce sangat singkat, dan kenaikannya tidak bertahan lebih dari satu hari. Dead cat bounce biasanya sering terjadi ketika saham naik sangat tinggi dalam sehari, lalu setelah itu sahamnya turun lagi. Berikut beberapa contoh pola dead cat bounce pada chart saham (saham PTBA):

Perhatikan saham PTBA diatas yang saya beri tanda lingkaran, di mana saham PTBA hanya naik sehari saja setelah itu kembali membentuk tren turun lagi. 

Dan bisa kita lihat, dead cat bounce ini sering terjadi ketika saham naik cepat dalam sehari (lihat candle2 hijau panjang di tanda lingkaran), dan setelah naik tinggi sehari, besoknya saham cenderung turun lagi. 

Lalu, bagaimana cara mengetahui suatu saham bakalan mengalami dead cat bounce? Untuk mengetahui lebih mudah, dead cat bounce itu sangat sering terjadi dalam dua kondisi berikut: 

1. Pasar saham bearish 

Kalau pasar saham cenderung bearish, IHSG lagi turun terus (banyak sentimen negatif), hal ini membuat mayoritas saham akan turun. Sehingga, kenaikan saham mungkin hanya terjadi sebentar lalu melanjutkan tren turunnya lagi. 

Kita sudah berkali-kali menghadapi pasar saham bearish. Kalau anda sudah pengalaman trading, anda pasti mengalami bagaimana kondisi pergerakan saham ketika sedang bearish. 

Itulah mengapa saya sering menyarankan pada anda, terutama ketika pasar saham bearish, sebaiknya anda lebih berhati-hati dalam trading. Jangan gegabah membeli saham dalam jumlah besar.

Jangan gegabah membeli saham hanya karena sahamnya terlihat naik sedikit, padahal kondisi pasar saham sedang turun banyak saat itu. Karena ya itu tadi, anda akan menghadapi risiko DEAD CAT BOUNCE. Baca juga: Belajar Saham: Saham Turun & Peluang Trading.  

Dalam kondisi market bearish sebaiknya tunggulah saham2 dan IHSG-nya sendiri sudah mengalami techincal rebound dan pilihlah saham2 yang secara teknikal punya pola yang bagus, dan mudah naik di saat saham2 sudah mulai rebound, sehingga anda terhindari dari dead cat bounce. 

Anda bisa pelajari cara-cara memilih saham yang sudah murah dan berpotensi rebound disini: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.

2. Saham-saham yang teknikalnya jelek atau saham2 yang sedang bermasalah 

Walaupun kondisi pasar saham sedang tidak bearish, dead cat bounce juga sangat mungkin terjadi, terutama pada saham-saham yang teknikalnya jelek, atau saham2 yang sedang bermasalah secara kinerja. 

Saham2 yang teknikalnya jelek, trennya turun, likuiditasnya rendah, kenaikan saham2 seperti ini sangat mudah menjebak anda, sehingga ada baiknya anda menghindari saham2 tersebut. 

Selain itu, saham2 yang sedang turun banyak karena masalah fundamental juga sangat berpotensi terkena dead cat bounce. 

Kasus saham AISA misalnya yang pernah terkena kasus beras oplosan. Saat itu saham AISA terus turun, namun sesekali saham AISA bisa naik naik sampai 12%. Tetapi kenaikannya hanya sebentar, lalu turun lagi dan sekarang sahamnya balik ke harga gocap. Itulah salah satu contoh dead cat bounce. 

Sudah menangkap apa itu dead cat bounce? 

Intinya, jangan mudah tergoda membeli saham hanya karena sahamnya kelihatan naik. Ada banyak saham yang terlihat naik tapi bisa menipu trader. Oleh karena itu, sebelum membeli saham perhatikan tiga hal penting: 

1. Analisa apakah sahamnya sudah diskon / murah secara teknikal
2. Perhatikan kondisi market
3. Perhatikan pola saham tersebut (layak trading / tidak). Baca juga: Cara Menemukan / Screening Saham yang Layak Trading.