Saturday, 2 April 2016

Contoh Majas Asosiasi dalam Novel Sang Pemimpi

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Guruberbahasa.com-Contoh Majas Asosiasi dalam Novel Sang Pemimpi

Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat  memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat gaya bahasa asosiasi, yaitu sebagai berikut. 

1) …, jingga serupa kaca-kaca gereja, mengelilingi dermaga yang menjulur  ke laut seperti reign of fire, lingkaran api (SP, 1). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan di laut tersebut telah dilukiskan secara nyata, yaitu diibaratkan oleh reign of fire yang artinya zaman api.  

2) Wajah Jimbron yang bulat jenaka merona-rona seperti buah mentega (SP, 11). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan wajah jimbron diibaratkan seperti buah mentega yaitu berbentuk bulat dan merona.  

3) …sebab tak seorangpun ingin memedulikan laki-laki yang berbau seperti ikan pari (SP, 12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan laki-laki tersebut yang sangat bau diibaratkan seperti bau ikan pari.  

4) Tak sempat kusadari, secepat terkaman macan akar,…(SP, 12). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan yang sangat cepat. Oleh karena itu, diibaratkan seperti terkaman macan akar.  

5) Mulut mungilnya yang dari tadi berkicau kini terkunci lalu pelan-pelan menganga seperti ikan mas koki (SP, 49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan mulut mungil yang menganga dapat diibaratkan seperti ikan mas koki.  

6) Mei Mei pucat pasi karena terpukau dalam ketakutan yang indah (SP, 49). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  keadaan Mei Mei yang terpukau dalam ketakutan yang indah. Oleh karena itu, wajah Mei Mei menjadi pucat pasi.  

7) …anak kelas empat SD itu, kehabisan napas dan pucat pasi ketakutan (SP, 61). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keadaan anak kelas empat yaitu wajahnya pucat pasi.  

8) Lalu seperti di bioskop dulu, para penonton pria gegap gempita mendukung sang majikan (SP, 124). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keaadaan di bioskop dengan para penonton yang gegap gempita dengan mendukung sang majikan.  

9) Jimbron berdiri mematung, pucat pasi (SP, 134). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keaadaan Jimbron yang berdiri mematung dengan wajah yang pucat pasi.  

10) Ia seperti orang yang baru sadar dari sebuah mimpi yang gelap gulita (SP, 137). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keadaan orang yang baru sadar dari sebuah mimpi yang terlihat gelap gulita.  

11) Ekspresinya jelas mengesankan bahwa ia telah meninggalkan masa lalu yang kelam mencekam dan siap menyongsongsong masa depan yang cerah bercahaya (SP, 139). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keadaan seseorang yang telah meninggalkan masa lalu, dengan keadaan masa lalu yang kelam mencekam, seseorang tersebut siap menghadapi masa depan yang cerah.  


12) Seisi kampung tumpah ruah ke dermaga, ratusan jumlahnya, di antara mereka tampak bupati, camat, lurah, kepala desa, dan para dukun…(SP, 168). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan keadaan penghuni kampung yang tumpah ruah yaitu kumpul jadi satu. 

13) Abang malang melintang dari panggung ke panggung…(SP, 192). Kalimat di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa asosiasi karena  menggambarkan seseorang yang sangat sibuk dari panggung ke panggung dengan mengibaratkan kata yang “malang melintang” 

Sumber http://www.guruberbahasa.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment