Saturday, 14 April 2018

Profil Biodata R.A. Kartini (Selamat Hari Kartini)

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Kartini yang mana kita selalu merayakannya Hari Kar Profil Biodata R.A. Kartini (Selamat Hari Kartini)
Profil Biodata R.A. Kartini (Selamat Hari Kartini)
Gurumaju.com –  Profil Kartini, ra kartini, biodata kartini, Hari Kartini 2018. Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Kartini yang mana kita selalu merayakannya Hari Kartini tersebut setiap tanggal 21 April tiap tahunnnya. dan pada tahun ini tepat tanggal 21 April 2018. dengan alasan turut memberikan informasi kepada Rakyat Indonesia Khususnya bahwa mempunyai salah satu Pahlawan wanita yang dikenal sebagai pejuang Emansipasi Wanita, maka dengan artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Sejarah dan juga Profil dari R.A. Kartini.


PROFIL TOKOH
Nama lengkap : R.A. Kartini
Profesi : aktivis
Tempat / Tgl Lahir : Jepara, 21 April 1879
Karya / Prestasi : Pahlawan Nasional Indonesia,

Lahir dari keluarga bangsawan, ia gunakan kesempatan itu untuk memajukan perempuan pribumi Jawa. Ia meninggal pada usia 25 tahun dan hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini.
Raden Adjeng Kartini atau lebih sering dikenal dengan nama R. A. Kartini merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi kala itu.

Wanita yang lahir di Jepara, 21 April 1879 ini berasal dari keluarga priyayi atau bangsawan Jawa. Ia putri dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M. A. Ngasirah. Sang ibu merupakan istri pertama namun bukan yang utama. Kala itu, sang ayah merupakan seorang Wedana (kepala wilayah administrasi kepemerintahan di antara kabupaten dan kecamatan). Ada kebijakan dari pemerintah Belanda, jika ingin menjadi bupati, maka ayah Kartini harus menikah dengan keturunan priyayi juga.

Sementara M. A. Ngasirah hanyalah orang biasa. Ibunya Kartini itu merupakan anak dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, yang merupakan guru agama di Telukawur, Jepara. Sedangkan sang ayah masih berada di garis keturunan Hamengkubuwono VI.

Karena situasi keluarga yang seperti itu, ayah Kartini pun memutuskan untuk menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan yang merupakan keturunan langsung dari Raja Madura. Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tirinya.

Kartini kecil berbeda dengan anak-anak perempuan di kampungnya. Ia mendapatkan kesempatan sekolah bagus. Kartini menempuh pendidikan di ELS (Europese Lagere School) hingga usianya 12 tahun. Setelah itu, ia dipingit di rumah. Karena pada masa itu ada tradisi wanita Jawa harus tinggal di rumah dan dipingit.

Selama sekolah di ELS, Kartini belajar Bahasa Belanda. Karena bisa berbahasa Belanda tersebut, di rumah pun Kartini tetap belajar dan berkirim surat kepada teman-teman korespondensi dari Belanda salah satunya Rosa Abendanon dan Estelle "Stella" Zeehandelaar. Bahkan, beberapa kali tulisan Kartini dimuat dalam majalah De Hollandsche Lelie.

Dari berbagai buku, majalah, dan surat kabar Eropa, Kartini mulai tertarik dengan cara berpikir wanita-wanita Eropa yang lebih bebas dan maju ketimbang wanita-wanita pribumi kala itu. Dari sanalah timbul keinginannya untuk memajukan para perempuan pribumi yang dinilai masih memiliki tingkat sosial yang rendah.

Karena kondisinya dipingit, tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan Kartini di luar rumah.  Namun, bukan berarti dia berdiam diri. Aktivitas surat-menyurat Kartini menjadi senjata perjuangannya. Surat-surat yang ditulisnya lebih banyak berisi keluhan-keluhan tentang kehidupan wanita pribumi khususnya Jawa yang sulit untuk maju.

Salah satunya seperti kebiasaan wanita harus dipingit, tidak bebas menuntut ilmu, dan juga adat yang mengekang kebebasan perempuan. Kartini menginginkan emansipasi, seorang perempuan harus memperoleh kebebasan dan kesetaraan baik dalam kehidupan maupun di mata hukum.

Kartini juga mengungkit isu agama seperti poligami dan alasan mengapa kitab suci harus dihapal dan dibaca tapi tidak perlu dipahami. Bahkan, ada kutipan dari Kartini yang berkata, “Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu.”

Daya nalar Kartini makin matang. Ketika ia menginjak usia 20 tahun, Kartini membaca buku-buku karya Louis Coperus (De Stille Kraacht), Van Eeden, Augusta de Witt, Multatuli (Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta) serta berbagai roman-roman beraliran feminis. Semuanya menggunakan bahasa Belanda.

Tinggal di Jepara membuat Kartini merasa tidak begitu berkembang. Dengan fasilitas yang dimiliki keluarga, ia pun ingin melanjutkan sekolah ke Jakarta atau ke Belanda. Tapi orangtuanya tidak mengizinkannnya meskipun tidak melarangnya untuk menjadi seorang guru.

Kartini pun mengurungkan niatnya dan tetap menjalani hidupnya di Jepara. Pada usia 24 tahun, ia diminta orangtuanya untuk menikah. Kartini menyetujui dan menikah dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, 12 November 1903. Suaminya adalah Bupati Rembang yang telah memiliki 3 istri.

Meski sudah menjadi istri, Kartini tetap bersemangat ingin menjadi guru dan mendirikan sekolah. Keinginan Kartini disambut baik suaminya. Kartini memperoleh kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Setahun menikah, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun, empat hari setelah melahirkan, ajal menjemputnya. Kartini meninggal pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun. Ia dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Meski sudah meninggal, perjuangan Kartini lewat surat-suratnya memiliki arti penting bagi kedudukan wanita Indonesia. Salah satunya, buku "“Habis Gelap Terbitlah Terang".
Berkat jasanya, R. A. Kartini ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada era pemerintahan Soekarno dengan dasar hukum Keppres No.108 Tahun 1964 yang ditetapkan pada 2 Mei 1964 dan menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. (AC/DN)

KELUARGA
Orang Tua       : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
????                 M.A. Ngasirah
Pasangan        : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak                : Soesalit Djojoadhiningrat

PENDIDIKAN
ELS (Europese Lagere School)

Demikian informasi mengenai artikel yang berjudul Profil Biodata R.A. Kartini (Selamat Hari Kartini). Terima kasih, semoga dapat bermanfaat untuk semua.

Sumber: Viva.co.id

Perhatian: Sebelum menutup Artikel "Profil Biodata R.A. Kartini (Selamat Hari Kartini)ini, Silahkan Jika ada pertanyaan, saran, atau ingin memberikan masukan silahkan menuliskannya di kolom komentar, Admin dengan senang hati untuk meresponnya.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, Silahkan untuk meng-KLIK tombol Share yang telah Admin sediakan  dibawah ini baik melalui Facebook, Twitter maupun Google Plus Agar Anda juga menjadi orang yang memberi manfaat untuk orang lain...

Sekian dari kami semoga bermanfaat, Salam Sukses Pendidikan…


Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 comments:

Post a Comment