Di lembah sunyi, di balik gunung tinggi,
Bergemuruh suara, perang yang tak terperi,
Dua suku bertempur, dalam api kebencian,
Mengorbankan cinta demi sebuah ambisi dan dominasi.
Darah mengalir, menyuburkan tanah,
Sejarah kelam tertulis dalam luka yang menganga,
Anak-anak menangis, kehilangan tanpa henti,
Dalam pelukan peperangan, harapan lenyap tak bertepi.
Suku-suku berseteru, saling menuding,
Mengabaikan persaudaraan yang seharusnya mengikat,
Cita-cita yang mulia terperosok dalam debu,
Di bawah bayang-bayang dendam yang tak pernah pudar.
Api kebencian membakar jiwa,
Menghancurkan jembatan, memisahkan kita,
Di antara deru senjata dan pekik kemarahan,
Ada suara lembut yang hilang, merindukan kedamaian.
Namun, di tengah kegelapan, ada harapan,
Bahwa perdamaian akan datang, meski lamban,
Dengan pelukan kasih, kita bisa bersatu,
Menghapus jejak perang, menjalin kembali tali persaudaraan yang baru.
Perang suku yang kejam, seharusnya menjadi pelajaran,
Bahwa hidup bersatu lebih berharga dari kemenangan,
Mari kita tanamkan cinta, di atas puing-puing duka,
Agar generasi mendatang dapat hidup dalam harmoni dan bahagia.
0 comments:
Post a Comment