Wednesday, 21 May 2025

Puisi: Kabar Bahagia yang Mengiris

 


Dulu, namamu kusimpan di dada,
bagai nyala api yang tak pernah padam.
Tatapmu, tawamu,
adalah rumah dalam setiap malam.

Tapi waktu memilih jalan berbeda,
kau tak lagi sendiri,
dan kini...
ada kehidupan tumbuh dalam rahimmu—
dari benih cinta bersama suamimu.

Kudengar kabarnya dari angin,
dari tawa teman yang tak sengaja menyebut,
tentang perutmu yang mulai membulat,
tentang harapan yang kau pangku dengan hangat.

Aku diam,
tak tahu harus bahagia atau hancur perlahan.
Karena yang kucintai,
telah menjadi milik orang lain sepenuhnya—
bukan hanya hati,
tapi juga masa depan dan darah dagingnya.

Selamat,
untukmu dan dia yang kau pilih.
Aku akan belajar menerima,
bahwa cinta tak selalu memiliki,
dan yang dulu kusayang,
telah menjadi ibu bagi anak dari lelaki lain.

0 comments:

Post a Comment