Di antara dinding pesantren teduh nan suci,
Bersemayam putri Kyai, parasnya berseri.
Bukan hanya ilmu agama yang ia selami,
Namun ada rasa halus, mengusik dalam hati.
Pandangannya tertuju, bukan pada rupa semata,
Namun pada akhlak mulia, insan berjiwa ksatria.
Santri pilihan, atau mungkin pemuda dari kota,
Yang getarkan kalbu, tanpa banyak berkata.
Dalam setiap tahajud, namanya ia sebut lirih,
Memohon petunjuk Ilahi, agar cinta tak tersisih.
Bukan nafsu duniawi yang membuatnya perih,
Tapi rindu suci, yang ingin ia rengkuh bersih.
Ia tahu adat menjaga, maruah keluarga terpandang,
Cinta dalam diam, bagai kuncup yang tak kunjung kembang.
Namun di balik kerudung, hatinya tak henti berdendang,
Menyimpan asa, kelak bersanding di jalan yang lapang.
Malu menyelimuti, setiap kali berpapasan,
Degup jantung kian kencang, tak mampu ia sembunyikan.
Ayat-ayat cinta Ilahi menjadi sandaran,
Agar rasa ini tak melampaui batasan Tuhan.
Oh, Tuhanku Yang Maha Membolak-balikkan Hati,
Jika ini adalah takdir, mudahkanlah jalan kami.
Namun jika hanya ujian, kuatkanlah iman di diri,
Agar cinta pada-Mu tetap yang paling hakiki







0 comments:
Post a Comment