Kita bertemu di simpang waktu,
saat namamu telah ada di buku rindu orang lain.
Kupendam rasa dalam diamku,
meski hatiku ingin melawan angin.
Kau tersenyum, aku teriris,
karena senyum itu bukan untukku.
Tuhan menitipkanmu bukan padaku,
dan aku harus merelakan itu.
Jika di kehidupan lain kita ditulis,
mungkin cerita ini takkan sebegitu tragis.







0 comments:
Post a Comment