Monday, 19 May 2025

Surat yang Engkau Kirim

 


Surat yang engkau kirim malam itu,

tiba seperti bisikan angin pada jendela hatiku,

tak bersuara, namun aku mengerti,

setiap kalimatmu adalah denyut yang tak lagi bisa kusembunyikan.


Tinta birumu masih basah oleh rindu,

menyusuri tiap lembarnya,

aku temukan bayangmu yang dulu,

tersenyum malu di antara kata "aku merindukanmu."


Kau tulis tentang langit yang tak sama tanpaku,

tentang kopi yang dingin sejak kepergianku,

tentang lagu yang tak lagi kau putar,

karena nadanya mengingatkanmu pada peluk terakhir.


Aku membaca perlahan, takut tiba di akhir,

tak ingin tahu bahwa surat itu adalah selamat tinggal,

namun setiap kata mengantarku pada keheningan,

di mana namaku tak lagi kau sebut dalam rencana.


Suratmu…

lebih jujur dari matamu saat kita berpamitan,

lebih hangat dari genggam tanganmu yang terakhir,

dan lebih pilu dari hujan—yang dulu kita tunggu bersama.


Kini kutahu, cinta pun bisa tinggal dalam sepucuk surat,

tak bersambut, tapi abadi.

0 comments:

Post a Comment