Di ujung jalan, di balik kabut malam,
Terdengar bisikan angin yang kelam,
Jembatan tua, saksi bisu zaman,
Lorong angker, tempatnya kesedihan.
Kayu-kayu berderak, suara seram,
Bayangan siluet, menari dalam kelam,
Dindingnya retak, penuh goresan luka,
Menyimpan cerita yang takkan sirna.
Keringat dingin membasahi dahi,
Saat langkah maju terasa ragu dan sepi,
Entah apa yang menanti di ujung sana,
Hantu-hantu masa lalu, menunggu tanpa rasa.
Lampu temaram bergetar lemah,
Menerangi jejak-jejak yang penuh derita,
Suara langkah, kini terasa berat,
Seolah setiap langkah, ada yang mengintai dekat.
Di lorong itu, terkurung kenangan,
Cinta yang hilang, harapan yang pudar,
Serpihan cerita, terjebak dalam waktu,
Membawa kita pada kengerian yang tak terduga.
Namun di balik kengerian ini,
Ada pelajaran tentang hidup yang berarti,
Bahwa meski gelap, ada cahaya harapan,
Jembatan tua, menjadi penanda perjalanan.
0 comments:
Post a Comment