Di ujung jalan setapak yang sunyi,
Berdiri tegak pohon asem, saksi bisu,
Daunnya rimbun, bergetar dalam sepi,
Menyimpan rahasia, cerita kelabu.
Akar-akar menjalar, menembus tanah,
Seolah merengkuh jiwa yang tersisa,
Di bawah naungannya, sering terbahana,
Suara bisikan, gaung yang menggoda.
Malam tiba, bayangan menjelma,
Pohon asem bersinar dalam remang,
Angin berdesir, seakan mengantar,
Hantu-hantu desa, datang menghampiri.
Kisah cinta terlarang, terpendam di sana,
Di bawah ranting yang bergetar gemetar,
Dua jiwa terpisah oleh takdir yang kejam,
Kini terkurung dalam hutan yang dalam.
Anak-anak berlari, menjauh ketakutan,
Kisah mistis menyebar di mulut ke mulut,
Pohon asem, simbol ketidakpastian,
Menjaga kenangan yang takkan pernah redup.
Namun di balik angker, ada keindahan,
Bunga asem merekah, memikat pandangan,
Bau manisnya, mengundang kenangan,
Tentang desaku, tentang harapan yang hilang.
Pohon asem desa, kau adalah saksi,
Dari tawa dan air mata yang abadi,
Di bawah naungmu, hantu dan kenangan,
Menjadi satu, dalam kisah yang tak terlupakan.
0 comments:
Post a Comment